RADARCIREBON.TV- Jika Anda pergi ke Brebes, perjalanan Anda pasti tidak akan lengkap tanpa membeli telur asin sebagai oleh-oleh. Telur asin sangat populer di Indonesia sebagai camilan atau pendamping rawon.
Tahukah kamu bahwa sebenarnya telur asin tidak berasal dari Indonesia? Saat orang Tionghoa dari China mulai datang ke Brebes sekitar abad ke-18, telur asin bahkan digunakan sebagai hadiah dalam upacara peribadatan.
Telur asin punya sejarah yang panjang. Itu tidak berasal dari Brebes, itu berasal dari China.
Baca Juga:Merayat dan Lezat! Inilah Sejarah Nasi Liwet Khas Sunda, KulinernTradisonal dengan Cita Rasa JuaraMartabak Bangka, Asli dari Pulau Bangka atau Cuma Namanya Saja? Temukan Jawabannya Disini!
1. Telur asin berasal dari kebudayaan China
Sebuah olahan yang terbuat dari telur dan disimpan dalam air asin disebut telur asin. Ternyata, telur asin berasal dari kebudayaan China dan dibawa ke Brebes oleh orang Tionghoa, meskipun sekarang populer di Indonesia.
Bahkan sebelum telur abadi atau telur abad khas China, telur asin sudah ada sejak lama, menurut Micheline Guide Singapore. Akibatnya, tidak ada catatan sejarah yang secara terang-terangan menyebutkan usia telur asin.
“Qimin Yaoshu”, atau “Catatan Penting untuk Petani”, yang berasal dari abad kelima, adalah catatan agrikultur China pertama yang menyebutkan telur asin. Catatan tersebut memerintahkan untuk merendam telur bebek dalam air asin selama sebulan.
2. Kota yang menjadi ikon telur asin di China
Jika Anda melakukan perjalanan ke Brebes, salah satu oleh-oleh yang tidak boleh dilupakan adalah telur asin. Seperti di Brebes, China juga menawarkan telur asin sebagai hidangan andalan saat menyambut turis.
Sepertinya Kabupaten Gaoyou adalah kota yang dianggap sebagai simbol telur asin di China. Posisi geografis Kabupaten Gaoyou dianggap sesuai untuk memproduksi telur terbaik untuk para turis.
Kabupaten Gaoyou terkenal karena garam tersebar yang digunakan untuk menjaga telur bebek. Selain itu, ada Danau Gaoyou, danau terbesar ketiga di Provinsi Jiangsu, yang dikembangkan untuk peternakan unggas air lokal.
3. Pada awalnya, telur asin hanyalah makanan ritual Tionghoa
Tentu saja, Indonesia tidak memiliki telur asin. Bahkan sebelum menjadi oleh-oleh khas Brebes, telur asin hanya digunakan sebagai makanan ritual orang Tionghoa.
Bagaimana proses pengembangan telur asin di Indonesia?
Baca Juga:Tunggu Dulu, Jangan Cuma Dimakan Saja! Mari Cari Tahu Sejarahnya Kenapa Donat Tengahnya Bolong?OPPO Find N5 Siap Debut di Indonesia, Layar Lebih Ramping dan Mewah
Pada tahun 1800-an, orang Tionghoa pertama kali diberitahu bahwa mereka memiliki ciri budaya di Brebes dengan membawa telur asin. Pada tahun 1800-an juga, orang-orang Tionghoa mulai memperkenalkan berbagai makanan khas China, salah satunya adalah telur asin.
Makanan yang diasinkan dapat disimpan lebih lama. Mula-mula, telur asin hanya digunakan dalam ritual peribadatan Tionghoa dan dianggap sebagai hidangan yang harus dimakan sebagai simbol kesuburan untuk Dewa Bumi.
4. Telur asin sebagai kekuatan ekonomi selama periode pasca-kemerdekaan
Bermula dari sesaji peribadatan, orang Tionghoa mulai menjadikan telur asin sebagai sumber pendapatan setelah revolusi 1945–1950. Perekonomian Indonesia belum sepenuhnya stabil setelah kemerdekaan pada saat itu.
Meskipun tidak ada yang tahu secara pasti kapan telur asin pertama kali dijual, beberapa sumber mengatakan bahwa In Tjau Seng dan Tan Polan Nio adalah perintis bisnis telur asin di Brebes pada 1950-an.
Pada awalnya dipekerjakan oleh orang Tionghoa untuk membuat telur asin, orang-orang di Brebes mulai menggunakan pengetahuan mereka dan mulai membuat telur asin secara mandiri pada tahun 1960. Sejak saat itu, Brebes menjadi kota penghasil telur asin yang paling populer di Indonesia.
5. Perkembangan telur asin di Brebes
Pada tahun 60-an, tidak hanya orang Tionghoa, tetapi juga masyarakat Brebes sudah bisa membuat telur asin secara mandiri. Bahkan orang Tionghoa dan masyarakat Brebes hidup rukun di antara usaha telur asin mereka.
Lokasi geografis Brebes, seperti Kabupaten Gaoyou, sangat menguntungkan karena berada di jalur Daendels atau Pantura. Karena menghubungkan semua kota besar di Pulau Jawa, jalur ini disebut sebagai pusat arus manusia.
Namun, banyak bisnis telur asin di Pantura gulung tikar sejak infrastruktur Trans-Jawa dibuka pada 2018 lalu. Namun, beberapa pengusaha telur asin terkenal di Brebes memilih untuk tetap bertahan sampai saat ini. Mereka memiliki pelanggan setia yang rela menempuh jarak jauh untuk membeli telur asin mereka.
Terlepas dari popularitasnya sebagai oleh-oleh dan makanan pendamping rawon, telur asin tidak selalu ada di Indonesia. Telur asin menjadi kekuatan ekonomi masyarakat Brebes setelah kemerdekaan, setelah dibawa oleh orang Tionghoa.