Menjelang Lebaran, penjualan pakaian di Pasar Tegal Gubug, Kabupaten Cirebon, tidak sebaik saat awal Ramadan tahun ini. Omzet pedagang belum banyak berubah setelah pandemi yang sempat menurunkan pendapatan mereka hingga lebih dari 50%. Tidak sedikit pedagang yang mencari kios di tempat lain untuk dapat terus memutar modal dagangan mereka di tengah persaingan dengan penjualan online.
Sebagian pedagang pakaian di Pasar Tegal Gubug masih merasakan dampak pandemi yang menurunkan omzet penjualan mereka selama lebih dari lima tahun terakhir. Pada Sabtu siang, yang juga bertepatan dengan hari pasar terakhir di bulan Ramadan, pengunjung masih memadati beberapa kios pedagang untuk berbelanja kebutuhan Lebaran yang tinggal menghitung hari.
Seperti Muslihah, yang menjual pakaian muslimah sejak tahun 1990-an di Pasar Tegal Gubug. Tahun ini, banyak pembeli yang mencari pakaian muslimah jenis abaya dengan harga yang ditawarkannya mulai dari Rp150 ribu untuk satu setel pakaian. Lonjakan penjualan mulai dirasakannya sejak mendekati Ramadan dan pada pertengahan puasa, dengan rata-rata omzet penjualannya mencapai Rp3 hingga Rp4 juta.
Baca Juga:Pemantauan Hilal 1 Syawal Di Pantai Baro Gebang – VideoVolume Kendaraan Pemudik Di Ruas Tol Kanci Pejagan Turun – Video
Biasanya, banyak orang membeli pakaian untuk dibagikan kepada sanak saudara sebagai hadiah THR. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, khususnya setelah pandemi, lebih banyak orang yang membeli hanya untuk kebutuhan pribadi mereka. Omzet penjualan setelah COVID-19 masih dirasakan pedagang hingga sekarang, dengan rata-rata penurunan mencapai 50%.
Tidak hanya berjualan di Pasar Tegal Gubug saat hari pasar, Muslihah juga berjualan di daerah Jatibarang dengan omzet penjualan yang lebih tinggi. Meski begitu, ia harus mengeluarkan modal usaha lebih banyak karena jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Pedagang tetap harus memutar otak, tidak hanya mengandalkan penjualan pakaian mereka di Pasar Tegal Gubug, di tengah persaingan dagang dengan pedagang online yang semakin marak.