Musim mudik tidak hanya membawa kebahagiaan bagi para perantau yang pulang ke kampung halaman, tapi juga menjadi ladang rezeki bagi para pedagang musiman.
Salah satu contohnya adalah Yani, seorang pedagang mi ayam ceker yang setiap tahun selalu membuka warung dadakan di bahu Jalan Letjen Darsono, jalur utama pemudik yang melintas di Jalur Pantura Cirebon.
Warung sederhana milik Yani, yang hanya beratapkan tenda dan beralaskan terpal plastik, justru menjadi tempat favorit bagi para pemudik yang ingin mengisi perut dan melepas lelah setelah menempuh perjalanan jauh.
Baca Juga:Arus Mudik di Rest Area Cipali KM 166A Relatif Lancar – VideoSatgas Pemberantasan Premanisme Sidak Sektor Usaha & Industri – Video
Sejak arus mudik dimulai, Yani mengaku bisa menjual lebih dari 50 mangkuk mi ayam dalam sehari.
Dengan cekatan, Yani bersama saudaranya menyajikan mi ayam ceker yang menjadi andalan warungnya. Aroma kuah hangat dan bumbu khas buatan Yani selalu menggoda para pemudik yang kebetulan melintas.
Meski hanya warung sederhana, rasa mi ayam buatannya tak kalah dengan yang dijual di rumah makan besar.
Yani biasanya mulai berjualan sejak pukul 06.00 pagi dan baru menutup warungnya selepas waktu berbuka puasa. Banyak pemudik yang datang tidak hanya untuk makan, tetapi juga untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
Dengan harga Rp20 ribu per mangkuk, mi ayam ceker buatan Yani terbilang cukup terjangkau. Apalagi porsinya cukup besar, lengkap dengan suwiran ayam dan ceker yang empuk.
Hal inilah yang membuat warungnya tak pernah sepi dari pelanggan selama musim mudik.
Bagi Yani, berjualan di jalur mudik bukanlah hal baru. Setiap tahun, ia selalu membuka warung dadakan seperti ini menjelang Lebaran. Rezeki yang diperolehnya selama musim mudik cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan menjadi tabungan tambahan untuk merayakan Idul Fitri bersama keluarga.