Dengan hasil panen gabah basah petani yang diserap Bulog, perlahan mulai dirasakan manfaatnya oleh petani, seperti di Desa Kerandon, Kabupaten Cirebon. Meski hanya beberapa area sawah yang sudah masuk musim panen pada masa tanam pertama 2025, sebagian gabah mereka sudah dibeli oleh Bulog dengan ketentuan harga beli Rp6.500 per kilogram.
Beberapa area sawah di Desa Kerandon, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, sudah memasuki waktu panen pada akhir Maret ini. Sebagian hasil panen petani juga sudah diserap oleh Bulog Kabupaten Cirebon dengan ketentuan harga beli gabah basah Rp6.500 per kilogram. Pada masa tanam pertama di Desa Kerandon, kualitas hasil panen gabahnya cenderung menurun dibandingkan setiap masa tanam kedua, dengan faktor cuaca dan intensitas hujan berlebih yang turut memengaruhi.
Dengan keadaan cuaca yang sering hujan pada masa tanam pertama di 2025, gabah menjadi sulit kering dan membutuhkan mesin pengering khusus agar petani dapat segera menjual hasil panen mereka. Sementara jika mengandalkan tengkulak, harga jual gabah basah biasanya hanya di bawah Rp5.000 per kilogram.
Baca Juga:Kendaraan Pemudik Padati Rest Area 207 Tol Palikanci – VideoBupati Imron Pastikan Kelancaran Arus Mudik Lebaran – Video
Anggota Kelompok Tani Desa Kerandon, Sanadi, menuturkan bahwa ia sudah dua kali menjual hasil panen sawahnya. Namun, kendala di lapangan masih kerap ditemui oleh petani lainnya, seperti hanya beberapa petani yang memiliki rekening tabungan untuk transaksi pembayaran. Dari tiga bahu sawah yang digarapnya dengan bibit Ciherang, rata-rata menghasilkan tiga ton gabah basah per bahu pada musim tanam pertama 2025 ini. Sekitar enam ton dijualnya kepada Bulog, sementara sisanya ia jual sendiri dan sebagian untuk konsumsi pribadi.
Setelah adanya penyerapan gabah oleh Bulog, beberapa tengkulak juga mulai sedikit menawarkan harga bersaing hingga Rp6.000 per kilogram gabah basah. Padahal biasanya, petani hanya bisa pasrah dengan harga yang ditawarkan tengkulak. Dengan diserapnya padi oleh Bulog, hal ini cukup membantu petani untuk mendapatkan opsi penjualan hasil panen yang lebih adil. Meski begitu, perlu adanya sosialisasi yang lebih baik agar penyerapan gabah oleh Bulog bisa lebih menjangkau petani ke depannya.