Seperti bubur mutiara, bubur sumsum, bubur candil, kolak pisang, bubur kacang hijau, hingga botok roti. Namun, kenaikan harga kelapa parut berdampak pada penjualan takjil.
Imbas naiknya harga kelapa parut dan santan dirasakan oleh pedagang kolak musiman, seperti Eni yang setiap puasa berjualan kolak di pinggir Jalan Weru–Sumber. Meski tidak sedang puasa, ia juga kerap menjajakan beragam macam kolak berkeliling kampung. Naiknya harga santan dan kelapa parut juga dirasakannya bahkan sebelum memasuki bulan puasa.
Kebutuhannya sendiri, dalam sehari dapat membeli santan murni dari pasar dengan harga Rp50.000, yang kini didapatkan sekitar 2,5 liter santan untuk digunakan bagi setiap takjil buatannya. Ia menjajakan bubur mutiara, bubur sumsum, bubur candil, kolak pisang, bubur kacang hijau, hingga botok roti, yang dijualnya dalam kemasan cup ukuran sedang dengan harga mulai dari Rp5.000.
Baca Juga:Monitoring Layanan Adminduk Di Kec. Arjawinangun – VideoImron Dan Jigus Beri Santunan Untuk Anak Yatim & Duafa – Video
Dengan naiknya harga, ia harus pintar memutar otak untuk tetap mempertahankan rasa kolak buatannya, seperti dengan mencampurkan sedikit tambahan tepung beras untuk menciptakan tekstur santan kental pada takjilnya. Meski pada tahun ini penjualan kolaknya untuk awal puasa cukup stabil, ia dapat menjual hingga 200 cup dalam sehari.
Kebutuhan kelapa parut dan santan di bulan puasa yang meningkat cukup membuat warga memutar otak untuk tetap dapat menyajikan hidangan yang mengandung santan. Meski tidak termasuk dalam komoditas yang dapat memengaruhi inflasi daerah, tetap membutuhkan perhatian serius dari pemerintah.