Timun suri menjadi salah satu buah yang cukup sering dicari warga untuk dijadikan olahan berbuka puasa, dan permintaannya juga biasanya akan semakin meningkat setiap harinya.
Namun, karena awal Maret sebagian daerah di Kabupaten Cirebon masih sering diguyur hujan, hasil panen petani dapat merosot hingga 50 persen, dan di beberapa daerah bahkan gagal panen.
Pedagang timun suri musiman mulai bermunculan sejak akhir Februari lalu, seperti Suwenda dan istrinya yang berjualan di sekitar Jalan Ki Ageng Tapa, Kabupaten Cirebon, yang juga memiliki kebun timun suri tidak jauh dari tempatnya berjualan. Namun sayang, karena masih bertepatan dengan musim hujan, hasil panennya cenderung menurun hingga 50 persen dibanding pada periode puasa lalu, dikarenakan semakin banyak timun suri yang cepat membusuk akibat masih sering diguyur hujan.
Baca Juga:Polisi Ringkus 7 Pelaku Curanmor – VideoNgabuburit di Alun Alun Lemahabang – Video
Jika musim kemarau, ia dapat memanen hingga 100 kilogram, sementara kini hanya dapat dipanen 20 hingga 50 kilogram timun suri setiap harinya, dan diperkirakan lahan garapannya dapat menghasilkan hingga akhir Maret mendatang. Untuk harga jual, dibanderol mulai Rp5.000 per kilogram, tergantung juga dari kondisi buah dan tingkat kematangannya.
Ia juga semakin sering memantau hasil panen, dikarenakan semakin banyak timun suri yang proses pematangannya semakin cepat dibandingkan biasanya. Dengan harganya yang lebih terjangkau juga, warga di sekitar desanya kerap mencari timun suri yang kondisinya cukup merekah, karena aromanya dianggap lebih harum dibanding timun suri yang kulitnya utuh.
Sementara, ia hanya menjual langsung timun suri hasil panennya tanpa melalui tengkulak, karena rata-rata timun surinya hanya dihargai mulai dari Rp2.500 per kilogram, yang belum dapat menutup modal tanamnya. Untuk permintaan timun suri sendiri, penjualannya cukup stabil dengan bisa menjual hingga 50 kilogram dalam sehari.