Saat ini, sarana pendidikan semakin berkembang, memberikan kemudahan bagi siswa dalam menempuh pendidikan wajib 9 tahun, dari SD hingga SMP. Namun, situasi ini sangat berbeda dengan tahun 1977, ketika terbatasnya jumlah SMP negeri membuat banyak siswa harus berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan yang layak.
Seratusan siswa angkatan pertama SMP Pertiwi Cilimus mengalami tantangan besar. Mereka harus berpindah-pindah lokasi belajar, menunggu kedatangan guru dari sekolah lain, serta bergotong royong mengangkut material batu kali untuk mempercepat pembangunan gedung sekolah baru.
Untuk mengenang masa-masa penuh perjuangan tersebut, puluhan alumni angkatan pertama SMP Pertiwi Cilimus mengadakan reuni dan mendatangi sekolah mereka yang kini berlokasi di Desa Bandorasa Wetan, Kecamatan Cilimus.
Baca Juga:Kapolresta Cirebon Dan Kadisdik Sambingi SMPN 1 Plumbon – VideoLaunching Perdana MBG Di Wilayah Timur Cirebon – Video
Salah satu perwakilan alumni, Jaja Herawan, menjelaskan bahwa tantangan saat itu tidak hanya soal ruang kelas. Jumlah guru yang terbatas memaksa mereka belajar hingga sore hari, menunggu giliran pengajaran dari guru yang juga mengajar di sekolah lain. Siswa yang beruntung mendapat kelas pagi, sementara lainnya harus bersabar hingga siang atau sore.
Selain itu, siswa datang dari berbagai penjuru Kuningan, menghadapi kendala transportasi yang masih minim. Banyak di antara mereka terpaksa menginap di rumah teman jika tidak mendapatkan tumpangan untuk pulang.
Meskipun persaingan masuk ke sekolah negeri saat itu sangat ketat, kualitas lulusan SMP Pertiwi Cilimus tidak kalah dengan sekolah lain. Banyak alumni berhasil meraih cita-cita, menjadi perwira Polri, pengusaha, dan berbagai profesi lainnya.
Dalam momen silaturahmi alumni pertama tahun 1977, pihak sekolah menyambut hangat kedatangan mereka. Tak hanya itu, alumni juga berkesempatan bertemu dengan guru-guru mereka, dan dari sekian banyak yang pernah mengajar, dua orang guru masih ada hingga saat ini.