Salah satu masjid unik di Desa Wanantara, Kabupaten Cirebon, memiliki gua di dalamnya yang sering digunakan untuk bertafakur. Pada zaman Belanda, gua ini sempat digunakan sebagai tempat persembunyian para kiai, santri, dan warga. Karena letaknya bersebelahan dengan Sungai Cipager, pondasi masjid semakin tergerus aliran sungai, terutama saat banjir seperti yang terjadi pada akhir Januari lalu.
Salah satu masjid bersejarah di Desa Wanantara, Cirebon, memiliki keunikan berupa gua di bawahnya yang sering digunakan oleh peziarah hingga warga Pesantren Wanantara untuk bertafakur. Menurut salah satu tokoh masyarakat Wanantara, Agus Ahmad, Masjid Wanantara didirikan oleh Mbah Buyut Syamsuri dan ayahnya, Mbah Abdul Jalil, yang merupakan keturunan dari Mbah Musa Maharesi Siddiq, salah satu pendiri Desa Wanantara.
Terowongan-terowongan yang dibangun di bawah masjid pada masa penjajahan Belanda dulu juga sempat digunakan oleh warga, kiai, dan santri pria untuk bersembunyi dari kejaran Belanda. Kini, beberapa tempat persembunyian tersebut sudah tidak terawat bahkan terendam air sungai.
Baca Juga:Pengambilan Ijazah di SMAN 1 Babakan Gratis – VideoBanyak Ijazah Belum Diambil – Video
Renovasi total masjid pada sekitar tahun 1997 sempat mengubah beberapa bentuk aslinya. Hingga kini, masjid tersebut hanya dirawat oleh warga dan para santri. Pasca banjir Januari lalu, pondasi masjid di sayap kanan yang berbatasan langsung dengan Sungai Cipager semakin tergerus, sehingga warga membatasi sementara kegiatan di area tersebut.
Perhatian dan renovasi sempat dilakukan oleh salah satu anggota DPRD Kabupaten Cirebon yang bersimpati terhadap kondisi pondasi masjid yang telah lama tergerus aliran sungai. Perbaikan dilakukan pada akhir tahun 2024, namun kembali tergerus akibat derasnya aliran banjir Sungai Cipager pada Januari lalu. Perbaikan lanjutan juga sedang diajukan kembali oleh aparat desa setempat, dengan harapan masjid dapat digunakan kembali dengan nyaman oleh warga Wanantara.