Raja rimba, penghuni asli kawasan Gunung Ciremai, kembali terpantau oleh kamera trap Balai Taman Nasional. Sebanyak tiga ekor macan tutul Jawa berusia muda yang terekam merupakan spesies kunci, menandakan kondisi keseimbangan ekosistem di kawasan ini terpantau baik.
Raja rimba penghuni asli kawasan Gunung Ciremai kembali terpantau melalui kamera trap yang dioperasikan Balai Taman Nasional bersama mitra BTNGC. Sebanyak tiga ekor macan tutul Jawa yang terekam diperkirakan berusia muda. Satwa ini merupakan spesies kunci yang menandakan kondisi keseimbangan ekosistem di habitat sekitarnya tetap terjaga dengan baik.
Terlebih, macan tutul Jawa merupakan satwa yang dilindungi karena terancam punah, seiring semakin menyusutnya luas habitat yang mendukung eksistensi satwa bernama latin Panthera pardus tersebut.
Baca Juga:Jalan Rusak Dipenuhi Genangan Saat Musim Hujan – VideoTargetkan Masuk 5 Besar LPTQ Tingkat Provinsi Jawa Barat – Video
Kepada RCTV, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Ciremai, Toni Anwar, menerangkan bahwa dari ciri-cirinya, di antara tiga satwa native Ciremai ini, dipastikan bukan Slamet Ramadhan maupun Rasi, dua nama macan yang terkenal hasil pelepasliaran atau satwa introduksi sebelumnya.
Dua ekor dari macan muda ini memiliki corak tutul hitam atau kumbang, dan satu ekor bercorak tutul terang. Dengan temuan ini, total macan yang terdeteksi dalam setahun terakhir berjumlah empat ekor, termasuk macan betina Rasi. Sementara si jantan Slamet Ramadhan belum tampak melintasi kamera trap dalam setahun terakhir.
Dengan adanya penambahan temuan macan ini, Kepala Balai mengimbau semua pihak yang memasuki kawasan taman nasional, baik untuk tujuan wisata maupun pendakian, untuk bersikap bijak dan bersama-sama menjaga kelestarian alam dengan mematuhi setiap peraturan.
Meski secara naluriah macan tutul Jawa cenderung menghindari manusia, para pendaki dihimbau tetap waspada dan menaati prosedur waktu pemberangkatan pendakian, yang dimulai pukul 07.00 hingga pukul 11.00.
Selain memantau keberadaan macan tutul, BTNGC juga memantau satwa dilindungi lainnya, di antaranya elang Jawa, surili, dan rusa. Akselerasi pemulihan ekosistem di lahan eks-karhutla maupun lahan yang dinilai minim pepohonan juga terus dipercepat oleh pihak taman nasional.
Terbaru, BTNGC menggunakan metode Miyawaki dalam misi penanaman pohon, yaitu penanaman beragam pohon dengan kerapatan jarak tanam, dengan harapan lebih cepat menciptakan hutan lebat.