Dengan hanya memanfaatkan air tampungan hujan yang dalam beberapa hari terakhir turun di Kota Cirebon, petani di Karya Bakti berupaya mengejar Masa Tanam Pertama (MT1) 2025, yang sebelumnya sempat tertunda. Kemarau yang melanda sebelumnya hanya mampu mengairi 1 hektar sawah karena lokasinya yang dekat permukiman, namun jauh dari sumber air, sehingga bergantung pada sumur bor.
Sekitar 3,5 hektar area sawah di Karya Bakti, Kota Cirebon, kembali ditanami benih padi untuk kebutuhan MT1 2025. Sawah ini sebelumnya belum sempat ditanami pada Masa Tanam Kedua (MT2) karena musim kemarau dan sulitnya menjangkau sumber air. Hasil panen MT2 tahun ini diperkirakan hanya berasal dari 1 hektar sawah, berbeda dengan hasil MT1 sebelumnya yang mencapai 4 ton dari 4 hektar sawah.
Sementara itu, hama yang dirasakan petani di Karya Bakti pada MT2 2024 masih terbilang mirip dengan MT1 sebelumnya, seperti burung pipit yang kerap menyerang padi yang belum sepenuhnya terisi bulir beras. Panen MT2 2024 di Karya Bakti akan segera dilakukan agar jarak waktu dengan penanaman untuk MT1 2025 tidak terlalu jauh. Selain itu, panen lebih awal juga diharapkan dapat mencegah serangan hama burung yang sering muncul jika penanaman padi tidak dilakukan serentak.
Baca Juga:Jogol Dandim 0615 Challenge Diikuti Seratus Petarung – VideoGroup Musik Goyon Waton Hibur Masyarakat Cirebon – Video
Petani Karya Bakti, Sadana, menuturkan bahwa untuk meningkatkan hasil panen pada MT1 2025, ia tengah mencoba mengganti benih padi jenis 46 yang sebelumnya ditanam dengan jenis padi Kebo. Meski harga jual padi Kebo lebih rendah, bibit ini biasanya menghasilkan panen yang lebih banyak.
Sebagai petani, Sadana juga menyambut baik wacana pemerintah yang akan menyalurkan pupuk subsidi langsung kepada petani. Pasalnya, ia sering mengalami kesulitan mendapatkan pupuk subsidi yang sesuai dengan luas lahan yang ia garap. Rata-rata, Sadana membutuhkan pupuk sebanyak 5 ton untuk 1 hektar sawah.