Partisipasi pemilih pemula dari kalangan Gen Z dan para pemilih muda dari generasi milenial menjadi sorotan menarik di Pilkada Kuningan. Dua generasi ini lahir dan tumbuh saat teknologi informasi berkembang pesat.
Lantas, kemana arah suara pemilih muda di kalangan generasi Z dan milenial di Pilkada Kuningan? Pengamat komunikasi, Erix Exvrayanto, berpendapat bahwa setiap paslon dan tim pemenangan memerlukan metode khusus untuk berkampanye kepada dua generasi yang menjadi lumbung suara di Kuningan ini.
Menurut Erix, metode pendekatan yang tepat kepada generasi muda bisa mengatasi sikap apolitik di kalangan generasi milenial dan zilenial, khususnya menjelang pesta rakyat Pilkada Kuningan 2024.
Baca Juga:Bertemu Pengurus DMI, Ahmad Syaikhu Didoakan Sukses di Pilgub JabarRUPS Kementerian BUMN Putuskan Pergantian Direksi dan Komisaris Pertamina
Ada beberapa strategi yang bisa diterapkan dalam pendidikan politik, tentunya metode ini disesuaikan dengan minat masing-masing kelompok anak muda. Terbaru, seperti diberitakan RCTV beberapa hari lalu, komunitas muda “Para Pencari Bupati” yang digawangi aktor Ence Bagus dinilai sukses menarik minat anak muda untuk mendalami visi-misi calon.
Menghadapi fakta dan karakteristik kalangan muda ini, pengamat mendorong politisi maupun partai untuk fokus pada kampanye yang positif dan berbasis visi-misi, bukan menyerang lawan politik. Ini diharapkan dapat membantu mengurangi apatisme dan meningkatkan minat anak muda terhadap politik.
Sayangnya, di Kuningan pada awal masa kampanye, terdapat bandwagon effect atau kecenderungan mengikuti tren menggunakan hasil survei dari masing-masing paslon. Erix berpendapat bahwa hasil survei ini dapat menggiring masyarakat kalangan awam yang tidak mau mendalami visi-misi paslon. Berbeda dengan anak muda sekarang, ditegaskannya bahwa Gen Z dan milenial tidak mudah dibujuk begitu saja, apalagi bagi mereka yang merupakan generasi yang melek teknologi komunikasi dan informasi digital.
Generasi ini juga memiliki kebiasaan menggunakan multi-platform digital, seperti generasi Z yang gandrung dengan TikTok dan Instagram, disusul generasi milenial yang banyak menyaksikan YouTube dan platform Facebook.
Kalangan muda lebih menyukai tren konten yang menarik, berdurasi pendek, dan metode penyampaian yang tidak terlalu high politics. Ternyata, hal ini banyak menarik minat anak muda dan dinilai lebih efektif.