Selama lebih dari 6 bulan, pengrajin ikan asin di kawasan Bandengan, Kabupaten Cirebon, mengandalkan bahan baku yang diambil dari Bondet hingga Brebes, Jawa Tengah. Musim angin utara membuat nelayan semakin kesulitan untuk mendapatkan ikan yang dapat diolah menjadi ikan asin, seperti ikan galer, catak, dan tanjan.
Dampak dari angin utara tidak hanya dirasakan oleh nelayan di Bandengan, tetapi juga oleh pengrajin ikan asin di sekitarnya, yang mengalami kelangkaan hasil tangkapan. Terutama bagi pengrajin kecil yang biasanya dapat memproduksi ikan asin sebanyak 2 ton, kini mereka harus mengurangi produksi hingga 1 ton, dan kondisi ini telah berlangsung lebih dari 6 bulan.
Karena kurangnya bahan baku, mereka bahkan harus mencari ikan dari nelayan di sekitar Bondet hingga Brebes. Sementara itu, perbedaan harga ikan dapat mencapai Rp 3.000 hingga Rp 4.000 per kilogram untuk ikan yang berasal dari luar daerah, dibandingkan dengan ikan yang biasanya mereka dapatkan langsung dari nelayan di sekitar Bandengan.
Baca Juga:Punya Komitmen Kuat, Ini Upaya ASIH Majukan Pelaku UMKMDinkes Mencatat Penurunan Kasus Stunting – Video
Salah satu pengrajin ikan asin, Tori, menyatakan bahwa ia biasa memproduksi ikan jenis catak, galer, dan tanjan karena ikan-ikan ini paling dicari orang. Namun, karena harus membeli dari luar daerah, banyak biaya tambahan yang harus mereka keluarkan, seperti biaya transportasi dan kotak es untuk mengawetkan ikan hingga sampai ke Bandengan.
Meski permintaan ikan asin ke beberapa kota, seperti Bandung dan Jakarta, cenderung stabil dengan harga tawar yang normal, para pengrajin justru menghadapi kesulitan karena harga bahan baku yang mereka keluarkan malah lebih tinggi. Beberapa upaya yang dilakukan untuk mendapatkan untung lebih, yaitu dengan menjual ke luar Jawa, meski keuntungan yang diperoleh memerlukan waktu yang lebih lama.