Dampak kekeringan mulai dirasakan sejak akhir Juli lalu pada pemukiman di pinggiran Kota Cirebon, terutama bagi pengguna air dari perusahaan daerah air minum (PDAM). Meski dampaknya tidak terlalu besar, kondisi ini tetap mempengaruhi kebutuhan warga akan air bersih, terutama bagi mereka yang biasa mengandalkan air dari pedagang keliling.
Kesulitan mendapatkan air bersih disebabkan oleh kedekatan pemukiman dengan muara Kali Tangkil yang berbatasan langsung dengan laut, sehingga sebagian warga sangat membutuhkan air bersih untuk keperluan mandi hingga minum. Dalam situasi ini, Udin dan kerabatnya memanfaatkan kesempatan dengan menjual air bersih menggunakan gerobak di sekitar perbatasan Kota Cirebon.
Sejak akhir Juli, aliran air PDAM yang biasanya mereka andalkan mengalami penurunan debit, sehingga sering kali memerlukan dorongan dari mesin air untuk ditampung dalam kolam. Mereka memiliki beberapa pelanggan yang biasanya memerlukan 2 hingga 3 jerigen air setiap minggu, yang dijual dengan harga Rp 3.000 per jerigen.
Baca Juga:Perkuat Sinergitas Mesin Partai, Ahmad Syaikhu Harapkan Bogor jadi Basis Kemenangan ASIHASIH Komitmen Terus Perhatikan Atlet di Jabar Demi Peningkatan Prestasi
Karena dekat dengan muara Sungai Tangkil, pemukiman sekitar seringkali mendapatkan air payau jika menggunakan sumur bor. Sementara itu, beberapa warga yang tidak dapat menjangkau aliran air dari PDAM hanya bisa bergantung pada air bersih yang dijual oleh pedagang keliling atau depot air isi ulang.
Warga yang menggunakan depot air umumnya menyetorkan sekitar Rp 200.000 kepada pemilik depot sebagai ganti untuk penggunaan sumur dan listrik. Selain kemarau, semakin menjamurnya depot pengisian air isi ulang juga berdampak pada menurunnya permintaan air bersih yang mereka jual.