Dampak deflasi dirasakan pedagang sembako di pasar-pasar tradisional di Kota Cirebon. Komoditas sembako seperti beras, minyak, gula, dan telur dengan kenaikannya yang fluktuatif di kisaran 500 hingga 3.000, menyebabkan turunnya daya beli masyarakat kelas menengah hingga bawah, yang lebih memilih menahan uangnya bahkan untuk berbelanja kebutuhan pokoknya.
Komoditas sembako seperti minyak dan gula pasir masih mengalami kenaikan yang signifikan sejak akhir September kemarin. Hingga Senin siang, harga gula pasir seperti pada sebuah toko sembako di Pasar Kanoman sudah mencapai 17.500 per kilogram, dan minyak curah di harga 18.000 per liternya.
Fluktuasi harga sembako sejak Lebaran berkisar antara 500 hingga 3.000 untuk beberapa sembako seperti beras, minyak, telur, dan gula. Hal ini menjadi salah satu penyebab penurunan daya beli masyarakat, baik kelas menengah hingga bawah di pasar-pasar tradisional. Sehingga perputaran barang pada kios-kios sembako dirasakan sebagian pedagang melambat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Baca Juga:Milenial dan Gen Z Mantapkan Diri Dukung Pasangan ASIH di Pilgub JabarDukungan Terus Mengalir, Petani dan Nelayan di Jabar Siap Menangkan Pasangan ASIH
Seperti yang dituturkan oleh pedagang sembako, Endah, pasokan sembako dari distributornya sendiri masih tergolong aman seperti pada beras dan kebutuhan lainnya. Meski begitu, sudah sekitar 3 bulan ia merasakan penurunan daya beli masyarakat di kiosnya, yang menyebabkan berkurangnya pendapatan untuk memutar barang.
Deflasi Indonesia yang berlangsung lebih dari lima bulan sudah dapat terlihat dampak signifikan pada pasar tradisional di Kota Cirebon, terutama bagi pedagang kecil. Modal yang harus terus diputar tidak sebanding dengan pendapatan yang berkurang akibat daya beli masyarakat yang menurun, belum lagi beban biaya sewa kios yang tiap tahunnya terus naik.