Di tengah terik panas di Pasar Kanoman, Ropi’i, pedagang arum manis panggul, dengan setia menunggu pembeli sembari membungkus dagangannya dalam sebuah cup sebagai display jualannya. Umurnya yang menginjak kepala 7 bukan menjadi penghalang untuk tetap bekerja, menghidupi anaknya hingga lulus SMK, istri, dan juga anak sambungnya.
Dengan membawa pikulan berisi 2 bakul arum manis, atau yang sering juga disebut rambut nenek, berisi masing-masing sekitar 10 kg, Ropi’i kerap berjualan ke beberapa sekolah, seperti di Sekolah Al-Irsyad, ke daerah Pengampon, dan juga Kesambi. Kemudian, ia akan mangkal setelah pukul 12 di sekitar Pasar Kanoman hingga pulang pada pukul 5 sore setiap harinya.
Rambut nenek yang ia dagangkan biasanya akan habis setelah 3 hari. Ia akan kembali membeli stok dari salah satu distributor di sebuah pasar di daerah Brebes. Biasanya, ia jual dalam sebuah cup berukuran sedang yang terdapat 2 sampai 3 warna berbeda, dengan harga 5 ribu rupiah.
Baca Juga:Tampung Aspirasi, Syaikhu Komitmen Percepat Program Pompanisasi hingga Kemudahan Akses PupukHabib dan Ulama di Kabupaten Bogor Doakan Syaikhu-Habibie Jadi Pemimpin Jabar
Sejak tahun 2002, Ropi’i yang sempat berprofesi sebagai penarik becak, namun berhenti, dilanjutkan dengan berjualan rambut nenek dengan dipanggul. Awalnya, ia sempat menyewa becak untuk berjualan, namun akhirnya terkendala modal yang tidak mencukupi. Dari usahanya tersebut, ia dapat menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus dari SMK dan kini sudah bekerja, meski ia juga sempat ditinggalkan istri pertamanya karena masalah ekonomi.
Meski terik siang Pasar Kanoman menyengat di kulit, Ropi’i selalu menampilkan senyum dan keramahan kepada setiap pembelinya. Dengan usianya yang sudah menginjak 72 tahun, bukan jadi penghalang baginya untuk tetap mencari rezeki bagi keluarganya.