Para sopir angkutan kota Cirebon mengeluhkan penurunan pendapatan. Selain faktor persaingan dengan transportasi online, para sopir juga mengeluhkan mengenai beban biaya yang harus dibayarkan, seperti bayar SK kendaraan, bayar pajak, trayek, dan lainnya, yang bisa mencapai 600 sampai 800 ribu per tahun.
Kondisi angkutan kota di Kota Cirebon dianggap semakin menurun, baik dari jumlah kendaraan yang beroperasi maupun dari segi penghasilan atau pendapatan harian para sopir. Terutama semenjak adanya persaingan transportasi online, yang cukup berdampak pada angkutan kota.
Selain itu, kondisi angkot yang harus dilakukan peremajaan, namun pengusaha angkot tidak bisa melakukannya mengingat pendapatan sehari-hari mengalami penurunan. Belum lagi ditambah beban biaya, seperti bayar SK trayek, yang setiap tahun harus dibayar, sementara belum ada pembaruan.
Baca Juga:Sowan ke Tokoh Ulama Cianjur, Ahmad Syaikhu Dapat Doa dan Dukungan Menang Pilgub Jabar 2024Senam Bareng Ahmad Syaikhu, Emak-emak Cianjur Suarakan Dukungan untuk Pasangan ASIH
Untuk beban biaya pajak serta trayek, yang harus dibayar sekitar 700 sampai 900 ribu per tahun, sementara pendapatan harian yang biasanya bisa di atas seratus ribu, kini hanya kisaran 50 sampai 70 ribu rupiah.
Para sopir angkot berharap pemerintah bisa melakukan penghapusan beban biaya, salah satunya SK, sehingga beban biaya angkot cukup pajak kendaraan saja.