Jajanan pasar menjadi salah satu “comfort food” yang digemari berbagai kalangan di semua kesempatan, sebagai kudapan ringan di kala pagi ataupun sore hari ditemani teh ataupun kopi. Di Kota Cirebon, kita dapat menjumpai pedagangnya di sudut-sudut kota, di pasar, di toko roti, hingga di kaki lima, salah satunya seperti yang dikelola Jaelani di sekitar Jalan Lawanggada.
Salah satu pedagang jajanan tradisional yang sudah berjualan di Lawanggada, Kota Cirebon, sudah berjualan sejak tahun ’80. Hingga kini, usaha tersebut diteruskan oleh pewaris ketiganya, Jaelani. Selama sekitar 10 tahun, Jaelani meneruskan usaha keluarganya ini. Beberapa inovasi ia buat untuk tetap relevan dengan perkembangan zaman, dari segi kehigienisan hingga pemasaran yang sudah merambah layanan pesan antar online.
Masih mempertahankan kualitas dagangannya, semua jajanan pasar yang dijualnya merupakan produksi rumahan yang tiap harinya masih dibuat sebagian oleh orang tuanya. Mulai dari klepon, lupis, putu ayu, jongkong, dan cenil, dibanderol seporsinya dengan harga Rp10.000 untuk enam jenis jajanan tradisional.
Baca Juga:8 Tahun Tak Pernah Meraih Anugerah Kabupaten Sehat – VideoSeba Bhakti Rahayu, Ajak Warga Menjaga Alam – Video
Sempat mengalami tantangan bisnis, di mana usahanya sempat ditiru seseorang yang mengaku sebagai saudara dari orang tuanya, sehingga Jaelani menaruh sebuah himbauan di gerobaknya yang bertuliskan “Tidak Buka Cabang.” Dampak dari hal tersebut sempat membuatnya menerima komplain dari pelanggan, yang akhirnya memutuskan untuk tidak membuka cabang lain dalam waktu dekat demi menjaga kualitas dagangannya agar tetap terjaga.
Salah satu inovasi yang ia terapkan pada usaha orang tuanya, di antaranya membuat sebuah etalase kaca untuk melindungi dagangannya dari debu kendaraan di sekitar Jalan Lawanggada, yang juga diusulkan oleh para pelanggannya. Di saat ramai berjualan, seperti pada waktu Ramadan kemarin, omzetnya bahkan dapat mencapai satu juta rupiah dalam sehari.