Sebagai komoditas ketahanan pangan, persoalan pertanian memang harus terus diperhatikan. Dalam pertanian jagung, saat ini sedang dilanda berbagai permasalahan, salah satunya terkait pupuk bersubsidi yang sejauh ini masih dibatasi.
Pertanian jagung, khususnya di Majalengka, saat ini dihadapkan pada permasalahan yang cukup kompleks. Tidak hanya soal hama, lahan, dan irigasi, tetapi juga utamanya terkait minimnya pupuk bersubsidi yang membuat para petani jagung dalam dilema.
Ketua Kelompok Margaasih, Dedi, mengungkapkan bahwa penggunaan pupuk pada jagung terhitung 2 kali lebih banyak daripada padi. Selain itu, kuantitas kebutuhan pupuk dari setiap petani juga berbeda. Hal ini menjadikan kebijakan pembatasan pupuk bersubsidi seakan membuat para petani jagung menjerit.
Baca Juga:Masyarakat Wanayasa Kompak Gotong Royong Mengaspal Jalan – VideoKPU Kab. Cirebon Buka Ruang Tanggapan Masyarakat – Video
Menurutnya, meski pupuk subsidi tergolong murah, namun dengan dibatasinya ini, mereka terpaksa harus membeli pupuk non-subsidi yang notabene 4 kali lebih mahal. Oleh karena itu, Dedi melihat bahwa meski ada pembatasan pupuk subsidi, seharusnya pemerintah juga bisa melihat realitas dan menyesuaikan apa yang menjadi kebutuhan para petani.
Sementara itu, terlepas dari keluhan tersebut, Dedi juga turut mengapresiasi bahwa selama puluhan tahun ia bergelut dengan jagung, pemerintah setidaknya sudah banyak mengakomodir mulai dari memberi bantuan hingga penyuluhan. Namun, ia tetap menggarisbawahi pentingnya agar jangan sampai petani rugi gara-gara pembatasan pupuk bersubsidi.