Agamawan, Akademisi, dan Legislatif Beri Apresiasi Pada Majelis Kebon Sufi

dok.ist
foto: dok.ist/ Hs
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Prof. Dr. K. H. Abdul Syakur Yasin, MA., sungguh meninggalkan kerinduan dan kenangan terindah. Sabtu, 14 September 2024, sahabat Buya Syakur berkumpul di Majelis Kebon Sufi, Gang Ledok, Kelurahan Perbutulan, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon. Hadir dalam acara ini yakni Syekh Muhammad Ali Jawdi (pembimbing Paguyuban Madinatul Fatihah), H. Taufik Hidayat (anggota DPRD Provinsi Jawa Barat), serta Prof. Dr. Dedi Jubaedi (Guru Besar UIN Siber Cirebon).

“Ya, semua ini merupakan kehendak para sahabat Buya Syakur untuk bersilaturahim. Sambil membahas bagaimana menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur kajian Buya. Pemikiran mendiang masih relevan, khususnya terkait agama dan pendidikan,” tutur Habib Syekh Muhammad Al-Caff sebagai guru pembina Kebon Sufi.

Menurut Al-Caff, ketika masih hidup, Buya Syakur sering mengunjungi Majelis Kebon Sufi. Buya melahirkan gagasan penting dalam bidang agama dan pendidikan.

Baca Juga:Peduli Sosial, Tokoh Perempuan Kota Cirebon Eti Herawati Salurkan Paket Bantuan CSR RCTV Juarai Kategori Program Siaran Religi Televisi di Anugerah Penyiaran KPID Jawa Barat 2024

“Buya Syakur mendakwahkan agama harus jadi spirit kecerdasan dan keadaban publik,” kata sosok yang akrab dengan panggilan Habib cinta itu.

Syekh Muhammad Ali Jawdi mengungkapkan mengenai kesannya atas Buya Syakur. “Sangat menarik membahas Buya dan disiplin keilmuannya. Buya senantiasa mengkaji sesuatu secara utuh, dari etimologi hingga terminologi. Analisanya amat rinci, juga kritis,” papar dia.

Jawdi merupakan pengusaha yang pernah menjabat diplomat dan pengurus organisasi nasional maupun internasional seperti KADIN, HIPMI, KNPI, AHCI, KKI, dan lembaga lainnya yang terkait Nahdlatul Ulama. Jawdi mengenal baik Buya Syakur. “Logika dan presentasi Buya sangat menggugah,” ujar ia.

H. Taufik Hidayat menyoroti kiprah Buya Syakur. “Buya seorang ulama, intelektual, serta budayawan. Siapa saja mudah memahami idenya. Pengaruhnya sangat luas. Buya tokoh dari kota Mangga, namun reputasinya diakui pula secara nasional dan internasional,” sebut mantan Bupati Indramayu tersebut.

Sedangkan Prof. Dr. Dedi Jubaedi menerangkan ihwal inspirasi Buya Syakur. “Buku Gelombang Cinta karya Buya banyak menulis tentang perempuan. Inilah persepsi Buya terhadap perempuan dan upaya pemberdayaan. Penyampaian dan konsep Buya memiliki daya tarik bagi kalangan perguruan tinggi,” papar dia.

0 Komentar