Kasultanan Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi Siraman Panjang dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Siraman Panjang ini menjadi bagian dari rangkaian Muludan yang berupa mencuci tujuh piring jimat, pusaka peninggalan Wali Songo, Kanjeng Sunan Gunung Jati, serta puluhan piring pengiring, yang nantinya digunakan dalam prosesi Malam Panjang Jimat.
Keraton Kasepuhan Cirebon melestarikan adat sakral ini sebagai bagian dari perayaan puncak Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pada tahun 2024 atau 1446 Hijriyah, pelaksanaan Siraman Panjang diawali dengan keluarnya benda pusaka peninggalan Wali Songo, Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati atau Syekh Syarif Hidayatullah, menuju Bangsal Pungkuran.
Dalam prosesi Siraman Panjang ini, terdapat tujuh piring panjang, 38 piring pengiring, dua botol minyak mawar, dan dua guci yang berusia enam abad. Benda-benda pusaka tersebut dicuci setahun sekali dengan menggunakan air suci dari beberapa sumur keramat Keraton Kasepuhan, yang telah didoakan dan disholawatkan.
Baca Juga:Sidang PK Enam Terpidana Kasus Vina – Video6 Terpidana Ikuti Sidang PK – Video
Patih Anom Keraton Kasepuhan, Pangeran Raja Muhammad Nusantara, menyatakan bahwa Siraman Panjang merupakan rangkaian awal peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di Keraton Kasepuhan, yang memiliki makna sebagai simbol pensucian diri dan mencari keberkahan dari Allah SWT.
Setelah dicuci, piring-piring pusaka peninggalan Wali Songo akan dipersiapkan sebagai tempat sajian Nasi Jimat pada pelaksanaan Malam Pelal Agung. Selain Siraman Panjang, tradisi lainnya seperti pembukaan ikan bekasem yang telah disimpan di guci selama satu bulan juga dilakukan.