Saptonan, tradisi tahunan menyambut Hari Jadi Kuningan kembali digelar. Saptonan menggambarkan suasana kegiatan pemerintahan Kuningan di zaman kerajaan, meliputi upacara kerajaan, kemudian kirab para pemimpin kademangan, prajurit, dan masyarakat yang membawa sejumlah hasil bumi untuk diserahkan kepada kerajaan, serta perlombaan ketangkasan berkuda dan panahan yang sangat meriah.
Saptonan, tradisi tahunan menyambut Hari Jadi Kuningan, kembali digelar. Saptonan menggambarkan suasana kegiatan pemerintahan Kuningan di zaman kerajaan, meliputi upacara kerajaan, kemudian kirab para pemimpin kademangan, prajurit, dan masyarakat yang membawa sejumlah hasil bumi untuk diserahkan kepada kerajaan.
Saptonan menjadi tontonan yang menarik karena dimeriahkan dengan perlombaan, yaitu lomba ketangkasan prajurit berkuda dan lomba panahan.
Baca Juga:Tahapan Pendaftaran Cakada Kab. Cirebon Resmi Ditutup – Video8 Parpol Non Parlemen Usung Pasangan Rahmat Imam – Video
Di Hari Jadi ke-526 Kuningan, Saptonan, seperti asal katanya “Hari Sabtu,” digelar Sabtu, 31 Agustus 2024, di Lapangan Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan.
Tampil sebagai raja dalam upacara Saptonan tahun ini, PJ Bupati Raden Iip Hidayat. Diceritakan sekira abad ke-15 pada zaman kerajaan, wilayah Kuningan dibagi ke dalam tiga wilayah kademangan, yaitu Kademangan Jayagiri, Kademangan Mandalajaya, dan Kademangan Bratasena.
Demang, atau jabatan setara camat saat ini, membacakan laporan tahunan dan menegaskan kepatuhan kepada pihak kerajaan. Usai upacara, masing-masing kademangan mengirimkan kontingen prajurit pilihan untuk mengikuti lomba ketangkasan berkuda dan menombak serta lomba panahan.
Peran para demang dimainkan oleh para camat se-Kuningan. Adapun para prajurit berkuda tahun ini diambil sebanyak 23 orang dari anggota Perdokar Kuningan. Ketua Perdokar, Kombespol Purnawirawan Irwan Sukmawan, menjelaskan peserta harus mampu menombak sasaran berupa ember kecil berisi air. Tantangan dalam lomba ini, peserta dituntut memiliki keseimbangan dan konsentrasi, membidik target, dan menunggang kuda berkecepatan tinggi.
Dalam lomba panahan, prajurit kademangan beradu ketepatan memanah target sejauh 40 meter menggunakan busur yang disebut warga Sunda dengan “gondewa” dan anak panah yang disebut “jamparing.”
Saptonan secara resmi telah masuk ke dalam kalender even tahunan dan menjadi daya tarik pariwisata Kuningan.