Budaya Ngapem: Meniti Jejak Sejarah Kue Saus Gula Merah di Cirebon

Budaya Ngapem: Meniti Jejak Sejarah Kue Saus Gula Merah di Cirebon
Budaya Ngapem: Meniti Jejak Sejarah Kue Saus Gula Merah di Cirebon/ cookpad
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Budaya ngapem di Cirebon memiliki kaitan erat dengan peringatan bulan Mulud atau Maulid Nabi Muhammad SAW, yang berlangsung di bulan Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Tradisi ini merupakan bagian dari berbagai upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Cirebon sebagai wujud penghormatan dan rasa syukur terhadap kelahiran Nabi Muhammad.

Ngapem berasal dari kata “apem,” yaitu sejenis kue tradisional yang terbuat dari bahan dasar tepung beras, gula, dan santan. Kue ini dianggap memiliki makna simbolis sebagai bentuk permohonan maaf dan penyucian diri.

Baca Juga:15 Wangi Bunga sebagai Bahan Baku Parfum, Meracik Kesegaran Hari-Harimu SendiriFakta Unik Grasse, Kota Kecil yang Mencatat Sejarah Perjalanan Parfum di Kota Romantis Perancis dan Dunia

Dalam konteks budaya ngapem di Cirebon, kue apem dibuat secara gotong royong oleh masyarakat dan dibagikan kepada keluarga, tetangga, dan masyarakat sekitar sebagai bentuk sedekah dan kebersamaan.

Tradisi ngapem biasanya dilaksanakan di keraton-keraton Cirebon seperti Keraton Kasepuhan dan Keraton Kanoman.

Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Peringatan Maulid Nabi yang juga meliputi acara besar seperti Panjang Jimat, yaitu prosesi adat yang dilakukan untuk mengarak benda-benda pusaka milik keraton.

Dalam tradisi ini, ngapem melambangkan penghormatan terhadap leluhur dan penyucian diri sebelum pelaksanaan perayaan Maulid.

Ngapem juga dipandang sebagai simbol permintaan maaf atau “minta ampun,” sesuai dengan nilai-nilai keislaman yang dianut masyarakat Cirebon.

Secara keseluruhan, tradisi ngapem tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga sosial budaya yang mempererat hubungan antarwarga,

menghidupkan kembali nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan berbagi rezeki di tengah masyarakat.

0 Komentar