Upacara Kemerdekaan di sebuah pondok pesantren di Kabupaten Cirebon tampak berbeda dengan hadirnya dua puluh satu eks napiter dan seratus lima puluh anggota Jamaah Islamiyah, Sabtu pagi. Eks napiter yang sempat membelot dari Pancasila dan Undang-Undang Dasar tersebut, terharu dan antusias mengikuti rangkaian upacara kemerdekaan.
Sekilas, tak ada yang berbeda dari rangkaian upacara kemerdekaan yang digelar di Pondok Pesantren Al-Muttaqien, Desa Kondangsari, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon, Sabtu pagi. Namun, ada delapan belas eks narapidana teroris dan seratus lima puluh anggota Jamaah Islamiyah yang mengikuti upacara kemerdekaan. Mereka berasal dari wilayah Jawa Barat dan sempat tersangkut kasus terorisme di sejumlah daerah.
Eks napiter binaan Densus 88 Anti Teror, yang baru kembali mengikuti upacara, tampak antusias mengikuti rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79. Bahkan, saat pembacaan teks Pancasila, diikuti dengan suara yang lantang dari mantan pelaku teror bom tersebut. Mereka yakin upacara ini mampu menumbuhkan soliditas hingga toleransi antar sesama warga negara.
Baca Juga:BPIP Siapkan Paskibraka Tampil PrimaDitanya Prediksi Lawan Kotak Kosong, KDM: Keadaan Apapun Kita Harus Siap
Asep Saefudin, mantan ketua Jamaah Islamiyah Korwil Jawa Barat, mengaku baru kembali mengikuti upacara setelah tiga puluh satu tahun meninggalkannya. Rasa cintanya terhadap NKRI sempat hilang cukup lama dan merasa kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi usai mengikuti upacara kemerdekaan. Bahkan, ia pun kian yakin bahwa kemerdekaan Indonesia diraih juga karena perjuangan ulama dan santri. Oleh karena itu, ia merasa punya kewajiban menjaga kedaulatan dan keamanan tanah air.
Eks napiter dan anggota Jamaah Islamiyah tersebut merupakan binaan Densus 88 Anti Teror Polri. Mereka yang sebelumnya terdoktrin untuk berjihad dan melawan pemerintah, kini telah sadar dan kembali menjalani kehidupan dengan aturan-aturan perundang-undangan. Dalam upacara ini, turut juga dihadiri perwakilan santri, TNI-Polri, hingga ormas.