RADARCIREBON.TV-Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) adalah peradangan pada paru-paru yang berlangsung dalam jangka panjang.
PPOK umumnya di tandai dengan kesulitan bernapas, batuk berdahak, dan mengi (bengek). PPOK merupakan penyakit yang sering terjadi pada perokok aktif dan pasif.
Dua kondisi yang paling sering berkembang menjadi PPOK adalah bronkitis kronis dan emfisema.
Baca Juga:Baru Dengar Ya Ternyata Ada Tindakan Yang Bernama Biopsi,Simak Yuk Manfaat,Jenisnya.Yuk Kenali Cara Mendekti Benjola Payudara Dengan SADARI !
Pada bronkitis kronis, kerusakan terjadi pada saluran pernapasan (bronkus). Sedangkan pada emfisema, kerusakan terjadi pada kantung paru-paru (alveolus).
PPOK atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD) lebih sering menyerang orang usia paruh baya yang merokok.
Seiring waktu, penyakit ini akan memburuk dan berisiko menyebabkan penderitanya terkena penyakit jantung dan kanker paru-paru.
Selain itu, penyakit paru obstruktif kronis juga bisa meningkatkan risiko penderitanya terkena COVID-19.
Menurut sebuah penelitian, penderita PPOK memiliki risiko 5 kali lipat lebih tinggi terkena COVID-19 daripada orang yang tidak menderita PPOK.
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan pasien, termasuk mencari tahu faktor yang memicu PPOK.
Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada paru-paru dengan menggunakan stetoskop.
Baca Juga:Waspadai Dan Deteksi Dini Mengenai Benjolan di Payudara,Simak Yuk Bagimana Caranya.Waspadai Benjolan di Payudara Yang Bukan Penyakit Kangker.
Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang di bawah ini:
- Tes fungsi paru-paru (spirometri), untuk mengukur volume udara yang di hirup dan di keluarkan oleh pasien, serta untuk mengetahui apakah paru-paru dapat mengirimkan oksigen dalam jumlah cukup ke dalam darah
- Tes darah, untuk mengukur kadar protein alpha-1-antitrypsin dalam darah dan menyingkirkan kemungkinan gejala di sebabkan oleh penyakit lain, seperti anemia atau polisitemia
- Analisis gas darah arteri, untuk mengukur kadar oksigen dan karbon dioksida dalam darah
- Pemindaian dengan foto Rontgen dan CT scan, untuk mendeteksi emfisema atau gangguan lain di paru-paru
- Selain tes-tes di atas, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan lain untuk menentukan tingkat keparahan PPOK yang diderita pasien. Pemeriksaan tersebut dapat berupa:
- Elektrokardiogram (EKG) dan USG jantung (ekokardiogram), untuk memeriksa konduksi listrik dan struktur jantung
- Tes sampel dahak, untuk mendeteksi kemungkinan adanya infeksi bakteri atau jamur
Pengobatan Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Berikut ini adalah beberapa metode penanganan PPOK:
1. Obat-obatanObat yang biasanya di gunakan untuk meredakan gejala PPOK adalah obat hirup (inhaler) berupa:
Bronkodilator, seperti umeclidinium, aclidinium, salbutamol, salmeterol, dan terbutalineKortikosteroid.
Seperti fluticasone dan budesonideTergantung pada kondisi pasien, dokter dapat meresepkan obat-obatan di atas sebagai obat tunggal atau obat kombinasi.
Jika obat hirup belum dapat meredakan gejala PPOK, dokter akan meresepkan obat minum berupa kapsul atau tablet, seperti:
Teofilin, untuk mengurangi pembengkakan di saluran napasMukolitik, seperti ambroxol atau carbocisteine untuk mengencerkan dahak atau lendirPenghambat enzim fosfodiesterase-4.
Seperti roflumilast, untuk melegakan saluran napasKortikosteroid, untuk mengurangi peradangan di saluran pernapasanAntibiotik, jika terdapat tanda-tanda infeksi paru
2. Terapi oksigen Terapi ini bertujuan untuk memberikan pasokan oksigen ke paru-paru. Pasien bisa menggunakan tabung oksigen portabel yang bisa di bawa ke mana saja.
Lamanya penggunaan tabung oksigen tergantung pada kondisi pasien. Sebagian pasien hanya menggunakannya saat sedang beraktivitas atau saat tidur.
Namun, sebagian lain harus menggunakannya sepanjang hari.
3. Rehabilitasi paru
Rehabilitasi paru-paru atau fisioterapi dada bertujuan untuk mengajarkan pasien pola makan yang tepat, terapi fisik yang sesuai dengan kondisinya, serta untuk memberikan dukungan secara emosional dan psikologis.
4. Alat bantu napas
Jika gejalanya cukup serius, pasien harus menggunakan alat bantu napas berupa mesin ventilator.
Ventilator adalah mesin pemompa udara untuk membantu pasien bernapas.
Ventilator terhubung ke saluran pernapasan pasien lewat selang yang di masukkan hingga ke trakea dengan cara intubasi.
5. Operasi
Operasi di lakukan jika gejala PPOK tidak dapat di redakan dengan obat-obatan atau terapi. Jenis operasi yang dapat di lakukan antara lain:
Operasi pengurangan volume paru-paruOperasi ini bertujuan untuk mengangkat bagian paru-paru yang sudah rusak sehingga jaringan paru-paru yang sehat bisa berkembang.
Transplantasi paru-paruTransplantasi paru-paru adalah operasi pengangkatan paru-paru yang rusak untuk di ganti dengan paru-paru sehat dari pendonor.
Bullektomi Bullektomi adalah operasi untuk mengangkat kantong udara (bullae) yang terbentuk akibat rusaknya alveolus, agar aliran udara menjadi lebih baik.
Selain penanganan di atas, ada beberapa langkah yang harus di lakukan oleh pasien untuk memperlambat kerusakan pada paru-paru, yaitu:
- Berhenti merokok dan menjauhi paparan asap rokok
- Menghindari polusi udara, seperti asap kendaraan atau pembakaranMenggunakan pelembap udara ruangan (air humidifier)
- Menjaga pola makan yang sehat, minum air putih yang cukup, dan berolahraga secara rutin
- Menjalani vaksinasi secara rutin, seperti vaksin flu dan pneumokokus
- Memeriksakan diri ke dokter secara berkala agar kondisi kesehatan terpantau
Itu dia sedikit informasi mengenai penyakit paru yang sudah keritis yang mungkin kita akan terdengar asing dengan yang namanya penyakit Paru Obstruktif Kronis,mungkin setelah membaca artikel ini jauh lebih memahami.