RADARCIREBON.TV- Kasus Vina Cirebon terus memanas.
Kini salah satu mantan tersangka, Saka Tatal, menjalani prosesi sakral nan menakutkan yakni sumpah pocong.
Pergulatan benar dan salah yang menyeret Saka berujung pada tradisi masyarakat jawa kuno yakni sumpah pocong.
Sumpah pocong adalah tradisi kuno yang terbilang ekstrem, di mana seseorang akan berbaring dengan balutan kain kafan layaknya jenazah.
Kemudian seseorang tersebut akan bersumpah dengan mengucap dua kalimat syahadat.
Tentu prosesi sangat berbahaya dan tidak sembarang orang mau melakukannya.
Baca Juga:Makan Agar-Agar Bagus untuk Kulitmu, Hempaskan Jerawat dan Noda Hitam..Kenapa ya Bungkus Margarin Identik Warna Kuning? Oh Ternyata Ini Alasannya…
Namun, menjadi pertanyaan, apakah tradisi sumpah pocong ini efektif dalam mengungkap kebenaran?
Dan dari mana awalnya sumpah pocong tersebut?
Sumpah pocong diperkirakan berasal dari kepercayaan masyarakat Jawa yang sangat kental dengan unsur mistis dan spiritualitas.
Istilah “pocong” merujuk pada bentuk tubuh jenazah yang dibungkus kain kafan,
Dengan seluruh tubuh terikat dan hanya bagian wajah yang terlihat.
Beberapa ahli menyatakan bahwa sumpah pocong telah ada sejak zaman kerajaan di Jawa,
meskipun catatan sejarah tertulis mengenai praktik ini sangat minim.
Pada masa lalu, sumpah pocong sering kali digunakan sebagai jalan terakhir
ketika tidak ada cara lain untuk menyelesaikan konflik atau perselisihan yang terjadi di masyarakat.
Karena sifatnya yang sakral dan menakutkan, sumpah pocong dianggap sebagai metode efektif
Untuk menggugah rasa takut kepada Tuhan, sehingga orang yang bersumpah akan takut untuk berdusta.
Sumpah pocong dilakukan dengan melibatkan beberapa pihak,
Baca Juga:Kulit Badak, Ini Alasan Laki-Laki Jarang Jerawatan Ketimbang Perempuan, Kuncinya Hormon6 Jenis Kulit Ini Mudah Jerawatan, Kamu Salah Satunya?
termasuk orang yang akan bersumpah, tokoh agama (biasanya seorang kyai atau ulama), dan saksi-saksi.
Orang yang akan bersumpah dibungkus dengan kain kafan layaknya jenazah yang siap untuk dimakamkan.
Prosesi ini biasanya dilakukan di masjid atau tempat suci lainnya, di mana tokoh agama memimpin jalannya sumpah.
Selama prosesi, orang yang bersumpah diminta untuk mengucapkan sumpah di hadapan Tuhan, menyatakan bahwa apa yang ia katakan adalah benar.
Jika ia berbohong, maka ia siap menerima segala konsekuensi, baik di dunia maupun di akhirat.
Masyarakat percaya bahwa siapa pun yang melakukan sumpah pocong dengan dusta
Akan mendapatkan balasan yang mengerikan, baik berupa kutukan atau kematian mendadak.
Sumpah pocong menjadi subjek perdebatan di kalangan ulama dan masyarakat luas.
Sebagian ulama menentang praktik ini karena dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam yang murni,
di mana sumpah yang diakui dalam Islam adalah sumpah di hadapan Tuhan tanpa melibatkan ritual-ritual tertentu.
Namun, ada pula yang menganggap sumpah pocong sebagai bagian dari tradisi lokal yang mengandung nilai-nilai luhur, seperti kejujuran dan tanggung jawab.