Mengenal Ruwatan, Ritual Jawa Kuno untuk Hadapi Konflik Berkepanjangan dan Filosofi di Dalamnya

Ritual ruwatan jawa kuno
Ritual ruwatan jawa kuno
0 Komentar

RADARCIREBON.TV- Ritual Jawa kuno memiliki banyak cara unik untuk menyelesaikan konflik, baik antar individu, kelompok, maupun komunitas.

Salah satu ritual yang terkenal dalam tradisi Jawa untuk menyelesaikan konflik adalah “Ruwatan”.

Ruwatan adalah upacara yang bertujuan untuk membersihkan seseorang

Atau suatu tempat dari energi negatif, kutukan, atau pengaruh buruk yang mungkin menyebabkan konflik atau masalah.

Ruwatan sering kali dilakukan untuk menghilangkan “sengkala”

Atau kutukan yang dipercaya menjadi penyebab ketidakberuntungan, termasuk konflik.

Baca Juga:Saka Tatal Jalani Sumpah Pocong atas Kasus Vina Cirebon, Bagaimana Awal Mula Prosesi Ini Hadir di tanah Jawa?Makan Agar-Agar Bagus untuk Kulitmu, Hempaskan Jerawat dan Noda Hitam..

Dalam konteks menyelesaikan konflik, Ruwatan bertujuan untuk menghilangkan pengaruh negatif yang menyebabkan pertikaian dan memulihkan harmoni dalam hubungan antar individu atau kelompok.

Ritual ini biasanya dipimpin oleh seorang dalang (pemimpin spiritual)

yang memiliki pengetahuan mendalam tentang tradisi Jawa dan mitologi wayang.

Dalang akan memulai dengan membaca doa-doa dan mantra-mantra khusus

Yang ditujukan kepada para leluhur dan dewa-dewa dalam kepercayaan Jawa.

Ini dilakukan untuk memohon perlindungan dan bantuan dalam membersihkan energi negatif.

Selama upacara, wayang kulit sering dimainkan sebagai bagian dari proses penyucian.

Cerita wayang yang dipilih biasanya mengandung pesan moral yang relevan dengan konflik yang sedang dihadapi,

memberikan panduan kepada para peserta tentang bagaimana menyelesaikan masalah mereka.

Wayang juga dipercaya sebagai media yang efektif

Untuk mengkomunikasikan nilai-nilai luhur dan mengajak individu atau kelompok yang berselisih untuk introspeksi.

Selain Ruwatan, Jawa juga mengenal ritual mediasi yang disebut “Merti Desa” atau “Selamatan Desa”.

Ritual ini biasanya dilakukan dalam konteks komunitas, di mana para tetua desa atau sesepuh

Baca Juga:Kenapa ya Bungkus Margarin Identik Warna Kuning? Oh Ternyata Ini Alasannya…Kulit Badak, Ini Alasan Laki-Laki Jarang Jerawatan Ketimbang Perempuan, Kuncinya Hormon

akan mengadakan pertemuan khusus untuk menyelesaikan konflik yang terjadi di dalam komunitas.

Dalam Merti Desa, makanan tradisional disiapkan sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran.

Makanan ini kemudian dibagi kepada seluruh anggota komunitas sebagai simbol kebersamaan dan persatuan.

Pertemuan ini juga melibatkan diskusi yang mendalam di mana semua pihak yang terlibat konflik diberi kesempatan

untuk mengungkapkan perasaan mereka dan mencari solusi bersama.

Keputusan yang diambil biasanya bersifat kolektif dan berdasarkan konsensus,

dengan mempertimbangkan kepentingan semua pihak.

Dari banyaknya jenis ritual atau adat istiadat masyarakat jawa kuno,

Ritual-ritual ini mencerminkan nilai-nilai luhur dalam budaya Jawa, seperti gotong royong (kerja sama), rukun (harmoni), dan musyawarah (konsultasi).

0 Komentar