Docang merupakan salah satu kuliner khas Cirebon yang sering dijumpai di waktu sarapan, baik yang berasal dari pedagang gerobak keliling ataupun yang mangkal. Namun, ada salah satu pedagangnya yang dapat dijumpai setiap saat, yaitu Docang Ibu Wiwi, yang berada di Jalan Kesambi Raya sebelum perlintasan kereta api. Docang ini memiliki citarasa lebih pedas dan berkuah lebih merah dari docang biasanya.
Ada yang berbeda dari pedagang docang yang berada sebelum perlintasan kereta api di Jalan Kesambi Raya. Yang biasanya ditemui pada saat pagi menjelang siang, kini dapat dinikmati untuk makan siang hingga makan malam. Docang Ibu Wiwi sudah berdagang lebih dari 30 tahun. Bahkan, sejak awalnya ia hanya berjualan pada sore hingga malam, namun berubah saat banyak pelanggannya yang juga mencari docangnya sebagai menu sarapan.
Setiap hari docangnya selalu buka mulai pukul 6 pagi hingga 4 sore yang sekarang dikelola oleh anak menantunya, dan pada pukul 4 sore hingga 2 malam bergantian oleh suaminya. Pada saat akhir pekan atau masa libur, tidak kurang dari 100 lebih porsi laku terjual dengan harga per porsi 12 ribu. Citarasa docangnya memiliki kuah lebih merah dan sedikit pedas dari yang lain, menjadikannya selalu dirindukan pelanggan.
Baca Juga:Program Kolaborasi Comdev 2024, akselerasi penerbitan Kartu Identitas Anak di KuninganSosialisasi Cakupan Adminduk Di Lokasi TMMD Ke 121 – Video
Pedagang docang, Tio menuturkan, selain di Jalan Kesambi Raya, terdapat pula cabang Docang Ibu Wiwi yang juga dikelola oleh kakak iparnya yang berada di sekitar Pekalipan. Mereka hanya buka sejak sore hingga malam hari. Ia dan istrinya sudah berjualan bergantian dengan orang tua mereka sejak tahun 2020 hingga sekarang.
Selain di Jalan Kesambi Raya, terdapat pula cabang Docang Ibu Wiwi yang juga dikelola oleh anaknya yang lain, yang berada di sekitar Pekalipan yang hanya buka sejak sore hingga malam hari.
Sejak berpulangnya Wiwi beberapa bulan lalu, kini suaminya yang menggantikannya berjualan dan meracik docang dagangan mereka, serta dibantu kedua anaknya yang sudah mewarisi resep asli docangnya. Setiap akhir pekan atau masa libur Lebaran tiba, docangnya kerap kali didatangi perantau dari luar kota yang sengaja datang untuk mengobati rasa kangen mereka pada masakan khas Cirebon.