Gorengan menjadi salah satu kudapan yang paling digemari di Indonesia, baik untuk menjadi cemilan hingga lauk makanan. Salah satu pedagang gorengan di Pulasaren, Kota Cirebon, sudah berjualan sejak tahun 1975 dan masih mengolah sendiri dagangannya meski usianya sudah tidak lagi muda.
Satori, yang sejak remaja berdagang di sekitar Pulasaren, tetap mempertahankan resep gorengannya sejak awal ia berjualan. Hingga kini, di usia senjanya, ia masih turun untuk menggoreng sendiri dagangannya. Dengan ciri khasnya yang cukup besar dan mengenyangkan untuk sebuah gorengan yang ia jual, membuat banyak pelanggannya pada saat akhir pekan berasal dari luar Kota Cirebon.
Gorengan yang ia jual merupakan gorengan khas Cirebon yang bercirikan menggunakan potongan kucai untuk beberapa gorengan seperti singkong, tahu, tempe, bakwan, dan gorengan kentang yang jarang ditemukan di pedagang lain. Meski kesehatannya kurang stabil karena termakan usia, Satori tetap berusaha berjualan saat kondisinya masih sehat.
Baca Juga:PPS Pasalakan Apresiasi Kinerja Pantarlih – VideoPenyiraman Jalan Cideng Raya Minimalisasi Dampak Debu – Video
Pedagang gorengan, Satori, menuturkan sudah sejak tahun 75 ia berdagang gorengan di sekitar Jalan Pulasaren. Gorengan yang ia jual tidak pernah berubah sejak pertama kali ia berjualan dengan harga 5 rupiah hingga kini sudah menjadi 2500. Resep pembuatannya belum pernah berubah, tetap menggunakan campuran tepung beras dan potongan kucai sebagai bahan utama pelapis gorengannya.
Meski di usia senjanya, Satori masih mengolah dan menggoreng sendiri dagangannya kecuali ia sedang kurang sehat. Ia sudah dibantu kedua keponakannya yang juga melayani pembeli dan ikut menggoreng. Dengan harga 2500 untuk sebuah gorengan, pemirsa dapat menikmati ciri khas gorengan asal Cirebon mulai sejak pukul 2 siang hingga sekitar pukul 8 atau 10 malam setiap harinya.