Enthieh Mudakir Menyampaikan Puisi di Masyarakat Dengan Nyanyi

foto:panturpost
foto:panturpost
0 Komentar

RADARCIREBON.TV Banyak cara agar sesuatu pesan sampai kepada khalayak ramai. Salah satunya melalui narasi puisi yang ditembangkan atau disenandungkan.

Cara ini dipilih para penyair yang bermukim di Tegal. Penyair M. Enthieh Mudakir dan Begawan Tegalan misalnya menyampaikan puisinya mengusung dengan melalui senandung. Yang dimaksud senandung tidak lain bahwa puisi mereka digubah menjadi sebuah lagu.

“Pilihan kami mengubah puisi menjadi senandung dimaksudkan agar narasi yang dituang melalui puisi akan lebih dipahami dengan jelas makna dibalik kata-kata yang tertuang dalam puisi,” kata Enthieh yang telah berpuluh tahun mengabdi total sebagai penyair.

Baca Juga:Wanda Hara Menyampaikan Permintaan Maaf Usai Viral Dirinya Mengenakan Cadar dalam Kajian Ustaz Hanan AttakiMalaysia Menang Skor 5 -0 atas Singapura di Piala AFF U-19 2024

Ada beberapa puisi relijinya yang saat ini telah digubah menjadi sebuah senandung, di antaranya puisi berjudul Waktu Pun, Dalam Peranan, Akulah Penyair Yang Tidak Pernah Tidur, Aku Cairkan Isi, dan lain sebagainya.

Aku

Cairkan sepi

Sepi

Mencairkan puisi

Gelak tawa ini

Mengganti pagi

Merayakan pesta ku

Sepi yang maha murah hati

Mengisahkan inti

Tafsir mimpi semalam

Terbang dalam angan-angan.

Contoh puisi yang telah digubah menjadi senandung di atas berjudul Aku Cairkan Isi diambil dari Antologi berjudul Situs Kata.

Oleh Enthieh dikemas dalam genre musik akustik. Nada-nada yang dibangun terdengar anggun, berkelas, dan nuansa transendentalnya begitu kental. Hal yang sama dan menggigit pada sajak-sajak yang lain. Ia mengaku bahwa perubahan dari teks-teks puisi yang semula hanya tulisan yang kemudian menjadi lagu berangkat dari gagasan yang datang dari Begawan Tegal.

“Loncatan dari puisi menjadikan senandung, saya dapatkan ilmu dari novelis yang juga penulis puisi Tegalan yakni sang Begawan Tegal. Dari dia saya memulai menyenandungkan bait-bait puisi saya,” tuturnya.

Menurutnya, beberapa puisi sang Begawan Tegal yang sudah digubah menjadi senandung sudah satu album. Karya senandungnya bisa diunduh melalui Youtube. Sekadar diketahui, katanya lebih lanjut, berjudul Babad Markonah, Pesona Markonah, Mardiyah Kemerlob Lintang Mencorong, Kluwung, Predator Jawa, Hikayat Airmata dan seterusnya. Salah satu teks puisi yang telah disenandungkan seperti di bawah ini: 

Kaé sawang mbak tralap bayangan

Gumantung keluwung ning langit

mlengkung mirip sikil mentang

Pitung warna nunjem kulung ati

ana mbanglor uga mbangkidul

saka nduwur temurun napaki anda

Kaé sawang widadari

jumlahé pitu ngémpéri bumi

adus nang telaga biru wuda bral

raga membayang ning dasar banyu

Telaga biru kahanan wingit

nyamut-nyamut kridongan kabut

setangkep mripat ngintip terpana

mandeng Widadari wuda bral

(Mandeng widadari wuda bral)

Puisi yang disenandungkan di atas itu berjudul “Kluwung” karya Begawan Tegal. Menurut Enthieh, tembung Kluwung artinya Pelangi. Puisi itu berkisah tentang 7 bidadari yang tengah mandi di sebuah telaga tanpa sehelai benang. Seorang lelaki mengintip dari kejauhan. Agaknya syair tersebut mengisahkan legenda Joko Tarub

0 Komentar