RADARCIREBON.TV– Pentol adalah makanan jalanan yang sangat populer di Indonesia, terutama di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Makanan ini dikenal dengan nama yang berbeda di berbagai daerah, seperti “bakso tusuk” di beberapa tempat.
Namun, inti dari pentol tetap sama: bola-bola daging yang direbus dan disajikan dengan berbagai bumbu dan saus.
Baca Juga:Ramai Bumbu Racikan Misdasem di Kalangan Pecinta Kuliner Pedas, Apa Sih Artinya?Ternyata Ini yang Membedakan Makanan Bakso dengan Meatballs, Kamu Sudah Tahu?
Sejarah pentol bermula dari pengaruh kuliner Tionghoa di Indonesia, khususnya bakso.
Bakso sendiri adalah bola daging yang terbuat dari campuran daging sapi giling, tepung, dan bumbu-bumbu yang dibentuk menjadi bola dan direbus hingga matang.
Namun, pentol memiliki ukuran yang lebih kecil dan sering kali menggunakan campuran daging ayam, ikan, atau bahkan tepung kanji sebagai bahan utamanya.
Perbedaan inilah yang membuat pentol menjadi unik dan berbeda dari bakso pada umumnya.
Pada awalnya, pentol hanya ditemukan di pedagang kaki lima dan warung-warung kecil di kampung-kampung.
Popularitas pentol mulai meningkat pada akhir abad ke-20 ketika semakin banyak orang yang mencari makanan cepat saji yang murah dan mengenyangkan.
Pedagang pentol biasanya menjajakan dagangannya dengan gerobak keliling atau stan kecil di pinggir jalan.
Baca Juga:Sama-Sama Bulat, Apasih Perbedaan Bakso dan Pentol? Oh, Ternyata Ini…Cirebon Punya Mini Zoo Loh! Berikut 3 Rekomendasi Lokasi untuk Menghabiskan Akhir Pekan di Kota Udang
Ciri khas dari pedagang pentol adalah suara panggilan mereka yang khas, sering kali menggunakan bunyi klakson atau lonceng untuk menarik perhatian pembeli.
Seiring waktu, pentol mulai mengalami berbagai inovasi dalam penyajiannya.
Jika dahulu pentol hanya disajikan dengan sambal kacang atau saus sambal sederhana,
kini pentol hadir dengan berbagai varian saus seperti saus pedas manis, saus barbeque, atau bahkan saus keju.
Beberapa penjual pentol juga menambahkan isian di dalam bola-bola pentol, seperti keju, telur puyuh, atau daging cincang, untuk menambah kelezatan dan variasi rasa.
Tidak hanya di jalanan, pentol juga mulai masuk ke pasar modern dan restoran.
Banyak restoran dan kafe yang menyajikan pentol sebagai salah satu menu andalan mereka, dengan penyajian yang lebih modern dan menarik.
Selain itu, pentol juga mulai diproduksi dalam kemasan siap masak yang dijual di supermarket, sehingga memudahkan konsumen untuk menikmati pentol di rumah.
Pentol kini bukan hanya sekadar makanan jalanan, tetapi juga menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia.
Makanan ini mencerminkan kreativitas dan inovasi dalam dunia kuliner,
serta kemampuan masyarakat Indonesia untuk mengadaptasi dan mengembangkan makanan tradisional menjadi sesuatu yang baru dan menarik.
Dengan harga yang terjangkau dan rasa yang lezat, pentol terus mempertahankan popularitasnya di tengah masyarakat dan menjadi favorit di berbagai kalangan.