RADARCIREBON.TV- Ketika sebuah bahasa daerah menghilang, dampaknya meluas jauh melampaui sekadar hilangnya alat komunikasi.
Mari kita telusuri perjalanan hipotetis dari sebuah desa kecil yang dahulu ramai dengan suara-suara dalam bahasa nenek moyang mereka, namun kini telah kehilangan bahasa daerahnya.
Sebagai gambaran misalnya Desa Lestari, yang terletak di lereng gunung dengan pemandangan alam yang menakjubkan, pernah menjadi tempat dimana tradisi lisan dan bahasa daerah berkembang pesat.
Baca Juga:Miris! 7 Provinsi di Indonesia Ini Paling Banyak Mengalami Kepunahan Bahasa Daerah- Mana Saja?6 Faktor Sebuah Bahasa Terancam Punah dari Penutur Jati
Bahasa ini tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sehari-hari, tetapi juga sebagai pembawa identitas budaya, pengetahuan lokal, dan sejarah komunitas.
Setelah bertahun-tahun tekanan dari globalisasi dan dominasi bahasa nasional, generasi muda di desa ini mulai meninggalkan bahasa daerah mereka.
Mereka lebih memilih berbicara dalam bahasa nasional yang dianggap lebih modern dan berguna untuk karier mereka di kota.
Seiring berjalannya waktu, bahasa daerah ini mulai jarang digunakan, dan perlahan-lahan memudar dari percakapan sehari-hari.
Ketika bahasa daerah ini akhirnya menghilang, banyak hal ikut terhapus. Pertama, kehilangan bahasa berarti kehilangan identitas budaya.
Bahasa adalah cermin dari cara berpikir dan pandangan hidup suatu komunitas.
Ungkapan-ungkapan unik, peribahasa, dan cerita rakyat yang hanya dapat dipahami dalam konteks bahasa tersebut turut hilang.
Baca Juga:Digerus Zaman, Bahasa Daerah Lampung Terancam Punah 36 Tahun Lagi, Berikut Alasannya…Alami Mata Lelah, Berikut 7 Jenis Terapi Mata untuk Kembalikan Elastisitas Indera Penglihatan Anda
Ini mengakibatkan generasi baru kehilangan akar budaya mereka, membuat mereka merasa terputus dari sejarah dan tradisi nenek moyang mereka.
Selain itu, pengetahuan lokal yang terkandung dalam bahasa ini juga ikut lenyap.
Bahasa daerah sering kali menyimpan pengetahuan ekologis dan pengobatan tradisional yang sangat berharga.
Misalnya, cara-cara tradisional bercocok tanam yang sesuai dengan kondisi alam setempat atau ramuan herbal yang telah terbukti efektif untuk mengobati berbagai penyakit.
Tanpa bahasa untuk menyampaikannya, pengetahuan ini bisa hilang selamanya.
Hilangnya bahasa juga mempengaruhi struktur sosial di desa.
Dalam banyak budaya, bahasa adalah alat utama untuk menjalin hubungan antarindividu dan antar-generasi.
Dengan hilangnya bahasa, komunikasi antar-generasi menjadi sulit.
Generasi tua yang masih fasih berbahasa daerah tidak bisa lagi berkomunikasi secara mendalam dengan generasi muda, menyebabkan jurang pemisah yang semakin lebar di antara mereka.
Pada akhirnya, akan ada kehilangan yang jauh lebih besar daripada sekadar hilangnya kata-kata.
Itu adalah kehilangan cara hidup, kehilangan hubungan dengan alam, dan kehilangan hubungan antar manusia.
Hilangnya bahasa daerah membuat komunitas ini menjadi lebih homogen, tetapi juga lebih miskin secara budaya.
Upaya untuk membangkitkan kembali bahasa daerah ini memerlukan dedikasi dan kerjasama dari seluruh komunitas, termasuk dukungan dari pemerintah dan organisasi kebudayaan.
Dokumentasi bahasa, pendidikan bilingual, serta promosi aktif penggunaan bahasa daerah dalam kehidupan sehari-hari menjadi sangat penting.
Meskipun tantangannya besar, pelestarian bahasa daerah adalah langkah penting untuk menjaga kekayaan budaya dunia.