Tradisi Jamasan Keraton Kasepuhan Cirebon, Upaya Menjaga Warisan Benda Pusaka Sunan Gunung Jati

Ritual Jamasan
Ritual Jamasan Cuci Benda Pusaka Keraton Kasepuhan Cirebon/RCTV
0 Komentar

RADARCIREBON.TV – Setiap tanggal 1 Muharram, banyak kegiatan tradisi dan budaya di Pulau Jawa, terkhususnya di Cirebon yang merupakan tempat yang syarat sejarah tradisi kesultanan. Salah satunya yang masih merawat tradisi itu Keraton Kasepuhan Kota Cirebon memiliki tradisi untuk merawat benda-benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati. 

Tradisi tersebut dikenal dengan nama Jamasan, yang berarti merawat. Direktur Badan Pengelola Keraton Kasepuhan (BPKK) Cirebon Ratu Raja Alexandra Wuryaningrat Selasa 9 Juli 2024 mengatakan, kegiatan ini dilakukan oleh para Abdi Dalem Keraton Kesepuhan. 

“Mengingat pusaka yang akan dirawat ini mencapai ratusan, maka Jamasan dilakukan dalam waktu 10 hari.” 

Baca Juga:Villa Mutiara Cawene Pamijahan Bogor, View Indah dan EstetikCengkul Telu, Wisata Dengan Pemandangan Gunung Sindoro

Keraton Kesepuhan menggelar Jamasan ini setahun sekali pada 1 Muharram. Benda-benda pusaka ada banyak, sehingga kami perlu waktu untuk membersihkannya selama 10 hari,” katanya. 

Pada hari ke-5, Jamasan khusus dilakukan untuk kereta singa barong atau kereta naga paksi. “Nanti di hari ke lima Jamasan kereta singa barong, baik yang asli maupun yang duplikat,” ujarnya. 

Pusaka yang dibersihkan, tidak secara acak dipilih, melainkan diruntut sesuai dengan tahun ditemukannya, mulai dari pusaka keris, tombak, dan masih banyak lagi.

“Hampir semuanya, kecuali peti dan keramik. Ini yang dicuci benda-benda logam yang bisa berkarat,” ungkapnya. 

Makna tradisi Jamasan lanjut Alexandra merupakan bentuk pelestarian budaya, sebagai upaya merawat benda-benda pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati agar tidak rusak. 

“Ini adalah salah satu cara pelestarian, merawat peninggalan leluhur yang memang harus dilestarikan,” tukasnya. Tahun ini, tradisi Jamasan berlangsung ramai tidak hanya dihadiri oleh keluarga Keraton Kasepuhan, ada pula tamu wisatawan yang ikut mendokumentasikan kegiatan tersebut. 

“Mencuci sejumlah pusaka membutuhkan waktu yang cukup lama, pertama direndam dulu, lalu digosok dengan jeruk nipis, lalu dicuci, dan di jemur, agar terlihat bersih, dan tidak terlihat berkarat,” kataya. 

Baca Juga:Menikmati Keindahan Alam di Objek Mangli Sky View di Lereng Gunung Sumbing MagelangGlamping Murah Area Sukabumi, Dekat Wisata Alam

Dalam satu hari, belasan pusaka lebih dahulu dikeluarkan dari etalase yang berada di Museum Pusaka di Keraton Kasepuhan.

“Karena banyak, jadi perlu waktu. Satu persatu benda pusaka yang berada di Museum Pusaka dikeluarkan, lalu dicuci,” ujarnya. 

Bahan yang digunakan untuk mencuci pusaka mulai dari jeruk nipis, air kelapa, air kembang 7 rupa, dan sejumlah minyak anti karat. 

“Pertama direndam dahulu didalam air kelapa selama 15 menit, lalu digosok menggunakan jeruk nipis, lalu di sikat, lalu dicuci dengan air mawar. Setelah itu dikeringkan dan jemur selama setengah hari, setelah kering lalu diolesi minyak anti karat,” ungkapnya. 

Masih dikatakannya, ada lima jenis minyak yang dioleskan sebelum pusaka dimasukan ke dalam etalase. “Ada minyak mawar, minyak melati, minyak cendana, minyak singer dan masih banyak lagi, gunanya untuk menjaga pusaka agar tidak berkarat,” pungkasnya.*** 

 

0 Komentar