Dibalik Serabi Kinca Buyut Trusmi – Video

Dibalik Serabi Kinca Buyut Trusmi
0 Komentar

Berbeda dengan serabi tradisional Cirebon yang menggunakan tepung beras serta topping yang cenderung gurih, serabi kinca tidak menggunakan tepung beras, melainkan hanya terdiri dari campuran tepung terigu dan telur, serta menggunakan kinca atau campuran santan dan gula merah sebagai pelengkapnya. Salah satu penjualnya dapat ditemui di sekitar Makam Buyut Trusmi, Trusmi Wetan, Kabupaten Cirebon, dengan ciri khas serabi yang memiliki ukuran cukup mengenyangkan.

Di sekitar Makam Buyut Trusmi, Trusmi Wetan, Kabupaten Cirebon, Anda dapat menemui penjual serabi kinca yang cocok untuk dijadikan pilihan menu sarapan Anda. Dengan merogoh kocek Rp2.500, Anda akan mendapatkan satu serabi pandan dengan kinca sebagai pelengkapnya. Tidak main-main, ukuran serabi yang Anda dapat lebih besar daripada yang bisa ditemui di tempat penjualan jajanan pasar tradisional biasanya.

Berbeda dengan serabi tradisional Cirebon lainnya yang cenderung gurih, serabi kinca bercitarasa manis karena menggunakan gula merah dan santan gurih sebagai pelengkapnya. Tiap hari pedagang berjualan di sekitar Makam Buyut Trusmi mulai dari pukul 6 pagi hingga 9 pagi, dan pada akhir pekan biasanya makin banyak warga yang mencari serabi kincanya. Bahkan, ia bisa membawa adonan lebih dari 3 kg daripada hari biasanya.

Baca Juga:Masyarakat Desa Buyut Serbu Layanan Kelingan Adminduk – VideoPj Bupati Cirebon Berpesan Agar Masyarakat Perhatikan Anak – Video

Pedagang serabi kinca, Mini, menuturkan, sudah lebih dari 10 tahun ia berjualan serabi kinca di sekitar Makam Buyut Trusmi. Meski tempat ia berjualan beberapa kali sempat direlokasi oleh aparat desa, akhirnya sudah lebih dari 2 tahun ia berjualan di tempatnya sekarang. Saat pertama kali berjualan, ia sempat menjual dengan harga Rp1.000 hingga kini Rp2.500, menyesuaikan dengan harga bahan serabi yang naik.

Sebelumnya, ia masih berjualan dengan suaminya dan tidak hanya menjual serabi kinca, namun juga serabi beras dengan beragam topping khas Cirebon, serta berjualan pada pagi dan sore hari. Namun, selepas suaminya meninggal karena sakit 7 tahun lalu, ia meneruskan sendiri usahanya sebagai tulang punggung keluarga, hingga dapat menyekolahkan anak sulungnya hingga ke jenjang perguruan tinggi.

0 Komentar