RADARCIREBON.TV – Taman Margasatwa Ragunan, atau yang lebih dikenal sebagai Kebun Binatang Ragunan, merupakan salah satu tempat wisata paling terkenal di Jakarta.
Dengan luas sekitar 147 hektar dan menampung lebih dari 3.000 ekor hewan dari berbagai spesies, Ragunan menjadi destinasi favorit bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Namun, di balik kemegahan dan popularitasnya, terdapat sejarah panjang yang menarik untuk ditelusuri.
Baca Juga:Deskripsi, Harga Tiket Masuk, dan Jam Operasional Tempat Wisata RagunanMau Berwisata Bareng Keluarga di Tanggal 17-18 Juni? Nih Jam Operasional Ragunan dan Harga Tiket Masuknya
Awal Mula dan Pendirian
Sejarah Kebun Binatang Ragunan bermula pada tahun 1864, ketika sekelompok pecinta binatang dari Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna Batavia mendirikan sebuah kebun binatang di Cikini, Jakarta.
Kebun binatang ini awalnya berada di lahan seluas 10 hektar yang merupakan hibah dari seorang warga keturunan Belanda, Raden Saleh, yang juga merupakan seorang pelukis ternama.
Lokasi ini kemudian dikenal sebagai “Planten en Dierentuin”, yang berarti “Kebun dan Kebun Binatang” dalam bahasa Belanda.
Perpindahan ke Ragunan
Seiring berjalannya waktu, kebun binatang di Cikini menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan lahan dan kebutuhan akan fasilitas yang lebih baik.
Pada tahun 1964, tepat 100 tahun setelah pendiriannya, kebun binatang ini dipindahkan ke lokasi yang lebih luas di Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Pemindahan ini dilakukan atas inisiatif pemerintah DKI Jakarta dengan tujuan untuk menyediakan ruang yang lebih memadai bagi hewan-hewan dan pengunjung.
Ragunan secara resmi dibuka kembali pada tanggal 22 Juni 1966 oleh Gubernur DKI Jakarta saat itu, Ali Sadikin.
Baca Juga:Ini Alasan dan Isi Gugatan Cerai Ruben Onsu Terhadap SarwendahYuk Cek Spesifikasi Canggih dari Motor Yamaha NMAX Turbo, Segini Harganya!
Sejak itu, Kebun Binatang Ragunan terus berkembang dan mengalami berbagai renovasi serta penambahan fasilitas untuk meningkatkan kenyamanan pengunjung dan kesejahteraan hewan.
Perkembangan dan Modernisasi
Selama beberapa dekade, Kebun Binatang Ragunan mengalami berbagai perubahan dan peningkatan fasilitas.
Pada tahun 1974, Ragunan menerima tambahan lahan sehingga total luasnya menjadi 147 hektar.
Penambahan ini memungkinkan pengelola untuk mengembangkan berbagai area baru, termasuk area khusus untuk primata, burung, dan hewan-hewan lainnya.
Pada tahun 2002, Kebun Binatang Ragunan membuka Pusat Primata Schmutzer, sebuah fasilitas modern yang didedikasikan untuk konservasi dan pendidikan tentang primata.
Pusat ini dinamai sesuai dengan nama pendirinya, Pauline Antoinette Schmutzer, yang memberikan dana untuk pembangunan fasilitas tersebut.
Pusat Primata Schmutzer menjadi salah satu daya tarik utama di Ragunan, dengan berbagai spesies primata, termasuk orangutan, gorila, dan simpanse.
Konservasi dan Pendidikan
Selain sebagai tempat rekreasi, Kebun Binatang Ragunan juga memainkan peran penting dalam upaya konservasi dan pendidikan.
Ragunan aktif dalam berbagai program konservasi, baik di tingkat nasional maupun internasional.
Kebun binatang ini berpartisipasi dalam program pemuliaan untuk spesies-spesies langka dan terancam punah, seperti harimau Sumatra, gajah Asia, dan badak Jawa.
Di bidang pendidikan, Ragunan menyediakan berbagai program edukasi bagi pengunjung, terutama anak-anak.
Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya konservasi satwa liar dan lingkungan.
Ragunan juga bekerja sama dengan berbagai institusi pendidikan untuk mengadakan kegiatan penelitian dan magang.
Tantangan dan Masa Depan
Meskipun telah mengalami banyak kemajuan, Kebun Binatang Ragunan juga menghadapi berbagai tantangan.
Salah satu tantangan utama adalah masalah kesejahteraan hewan. Kritikus seringkali menyoroti kondisi kandang yang kurang memadai dan perlunya perbaikan dalam perawatan hewan.
Untuk mengatasi hal ini, pengelola Ragunan terus berupaya meningkatkan standar kesejahteraan hewan dengan memperbarui fasilitas dan mengadopsi praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan kebun binatang.
Selain itu, kebun binatang ini juga menghadapi tantangan dalam hal pendanaan dan pengelolaan.
Sebagai lembaga yang sebagian besar didanai oleh pemerintah, Ragunan sering kali harus beroperasi dengan anggaran yang terbatas.
Namun, dengan meningkatnya minat masyarakat terhadap konservasi dan lingkungan, ada peluang bagi Ragunan untuk mendapatkan dukungan lebih besar dari berbagai pihak, termasuk sektor swasta dan organisasi non-pemerintah.
Kesimpulan
Kebun Binatang Ragunan adalah salah satu ikon kota Jakarta yang memiliki sejarah panjang dan penting.
Dari awal mula pendiriannya di Cikini hingga perpindahannya ke Ragunan, kebun binatang ini telah mengalami banyak perubahan dan perkembangan.
Dengan luas yang mencapai 147 hektar dan ribuan koleksi satwa, Ragunan tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga pusat konservasi dan pendidikan yang berharga.
Meskipun menghadapi berbagai tantangan, Ragunan terus berupaya untuk meningkatkan fasilitas dan kesejahteraan hewan, serta memperkuat perannya dalam upaya konservasi dan edukasi.
Dengan dukungan yang terus meningkat dari masyarakat dan berbagai pihak terkait, diharapkan Kebun Binatang Ragunan dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi pelestarian satwa liar dan lingkungan di Indonesia.
Dengan demikian, Kebun Binatang Ragunan bukan hanya sekadar tempat wisata, tetapi juga simbol dedikasi terhadap konservasi dan pendidikan lingkungan yang akan terus memberikan manfaat bagi generasi mendatang.