RadarCirebon.Tv-Sering di bicarakan oleh banyak kalangan dan budayawan pakaian adat merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang menarik di ketahui.
Sebab, terdapat sederet filosofis dalam motif, corak, desain, dan warnanya. Salah satu warisan budaya tersebut adalah baju adat Betawi yang legendaris.
Pakaian adat ini kerap tampil dalam Pekan Raya Jakarta untuk memperkenalkan berbagai budaya di Jakarta.
Baca Juga:Meredakan Penyakit Rematik, Asma, Dan Cushing’s disease Dengan Obat Kalmethasone.Kenalina Dan Cegah Gejala Penyakit Migrain Pada Kesehatan Kita Semua.
Berkaitan dengan hal tersebut, menarik mengetahui makna setiap baju adat Betawi. Simak penjelasannya terkait hal tersebut sebagai berikut.
Jenis dan Makna Baju Adat Betawi
1. Baju Sadaria
Baju adat Betawi bernama Sadaria adalah pakaian tradisional laki-laki Betawi yang sering di padankan dengan Kebaya Encim dalam acara seperti festival Abang None dan Pekan Raya Jakarta. Pakaian ini sederhana namun elegan dan di kenal oleh banyak orang.
Baju Sadaria adalah jenis pakaian berkerah Shanghai (kerah tertutup) dengan tinggi sekitar 3-4 cm, dan biasanya berwarna putih.
Ini terinspirasi oleh budaya China, di mana baju koko serupa banyak di gunakan oleh pria.
Pakaian ini terbuat dari kain katun, sutra, atau sutera alam linen, dengan kancing dari atas ke bawah dan saku di sisi kanan dan kiri di bagian bawahnya.
Terkadang, Baju Sadaria di hiasi dengan bordiran pada kerah tengah atau sisi kanan dan kiri, dengan berbagai jenis bahan.
Baju ini di padankan dengan dua pilihan celana, yaitu celana panjang gelap atau celana panjang batik komprang.
Baca Juga:Gunakan Sesuai Dosis Propranolol Berdasarkan Kondisi Yang Di Derita Pasien.Turun Kan Tekanan Darah Anda Dengan Mengonsumsi Obat Captopril Dengan Dosis Yang Sesuai.
Baju Sadaria sering di kenakan dalam berbagai kesempatan, termasuk oleh karyawan pemerintah dan swasta, dalam acara adat, atraksi pariwisata, menerima tamu istimewa, dan merayakan hari besar.
Meskipun tidak ada filosofi khusus di balik pakaian ini, Baju Sadaria mencerminkan identitas pemakainya sebagai pria yang rendah hati, sopan, dinamis, dan berwibawa.
2. Pangsi Betawi
Baju adat Betawi ini terdiri dari Baju Tikim dan Celana Pangsi Asal-usul Baju Tikim dan Celana Pangsi dipengaruhi oleh budaya Cina di Batavia.
Baju Pangsi memiliki leher bulat O-neck dan lengan panjang, dengan ukuran yang cenderung longgar di bandingkan dengan tubuh pemakainya.
Pada awalnya, baju ini tidak memiliki kancing, tetapi sekarang biasanya di lengkapi dengan kancing, dan seringkali di kenakan dengan kaos putih polos di bawahnya.
Pakaian ini dulunya di gunakan dalam aktivitas sehari-hari oleh laki-laki Betawi.
Namun, sekarang lebih sering di pakai oleh jawara, pendekar, petani, dan orang-orang yang terampil dalam seni bela diri Betawi.
Baju Pangsi Betawi memiliki berbagai warna, termasuk hitam, merah, hijau, dan putih, masing-masing dengan makna tertentu.
Warna baju dan atribut lainnya, seperti peci, menunjukkan status dan keterampilan pemakainya.
Peci merah, misalnya, di gunakan oleh orang yang di hormati dalam masyarakat sebagai tokoh yang berpengalaman.
Penggunaannya untuk keperluan seni adalah pengecualian dari aturan ketat penggunaan pakaian ini.
Demikian 2 pakaian adat betawi yang banyak di gunakan oleh banyak orang terutama untuk orang betawinya tersendiri.