RADARCIREBON.TV– Ketoasidosis adalah kondisi medis serius yang disebabkan oleh keton dalam darah yang tinggi.
Keton adalah asam yang dihasilkan ketika tubuh membakar lemak untuk energi.
Terdapat dua jenis utama ketoasidosis: ketoasidosis diabetik (diabetic ketoacidosis, DKA) dan ketoasidosis non-diabetik.
Baca Juga:Bahaya Ketoasidosis pada Pasien Diabetes: Berikut Serangkaian Pencegahan dan PenangananKetoasidosis dan Dampaknya pada Kesehatan: Panduan Lengkap Terkait Gejala, Faktor, dan Pencegahan
Meskipun keduanya melibatkan produksi keton yang berlebihan, penyebab, gejala, dan penanganan keduanya berbeda secara signifikan.
1. Ketoasidosis Diabetik (DKA)
Penyebab dan Mekanisme: DKA umumnya terjadi pada penderita diabetes tipe 1, meskipun dapat terjadi juga pada penderita diabetes tipe 2.
Kondisi ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup insulin. Insulin adalah hormon yang membantu sel tubuh mengambil glukosa dari darah untuk digunakan sebagai energi.
Tanpa insulin yang cukup, tubuh tidak dapat menggunakan glukosa dan sebagai gantinya mulai membakar lemak untuk energi, menghasilkan keton sebagai produk sampingan.
Akumulasi keton ini membuat darah menjadi asam.
Faktor Risiko: Beberapa faktor yang dapat memicu DKA meliputi:
Infeksi atau penyakit lain
Ketidakpatuhan terhadap terapi insulin
Penyakit jantung atau stroke
Stres fisik atau emosional
Gejala: Gejala DKA dapat berkembang dengan cepat dan meliputi:
Mual dan muntah
Nyeri perut
Nafas berbau buah
Kesulitan bernapas
Kebingungan atau kesulitan berkonsentrasi
Dehidrasi
Sering buang air kecil dan rasa haus yang berlebihan
Diagnosis dan Pengobatan: Diagnosis DKA melibatkan pemeriksaan kadar glukosa darah, keton darah atau urin, dan pH darah.
Pengobatan segera sangat penting dan biasanya melibatkan:
Rehidrasi dengan cairan intravena (IV)
Pemberian insulin untuk menurunkan kadar glukosa darah
Penggantian elektrolit seperti kalium, natrium, dan klorida
2. Ketoasidosis Non-Diabetik
Penyebab dan Mekanisme: Ketoasidosis non-diabetik lebih jarang terjadi dibandingkan DKA dan dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Beberapa penyebab umum termasuk:
Alkoholisme berat, yang dapat menyebabkan ketoasidosis alkoholik
Malnutrisi atau kelaparan yang parah, dimana tubuh mulai membakar lemak untuk energi
Penyakit berat seperti infeksi atau trauma
Olahraga ekstrem tanpa asupan makanan yang memadai
Baca Juga:Makanan dan Minuman yang Dapat Memicu Migrain: Apa yang Harus Dihindari?Jangan Dulu Minum Obat, Alternatif Aromaterapi untuk Redakan Migrain dengan Wangi Lembut dan Menenangkan…
Faktor Risiko: Faktor risiko untuk ketoasidosis non-diabetik dapat berbeda-beda tergantung pada penyebab spesifiknya. Beberapa faktor umum meliputi:
Konsumsi alkohol yang berlebihan
Kondisi medis yang menyebabkan malnutrisi
Gangguan makan seperti anoreksia nervosa
Penyakit kronis atau infeksi berat
Gejala: Gejala ketoasidosis non-diabetik bisa mirip dengan DKA, tetapi mungkin berkembang lebih lambat.
Gejala umum meliputi:
Mual dan muntah
Nyeri perut
Nafas berbau buah
Kelelahan yang ekstrem
Kebingungan atau perubahan mental
Dehidrasi
Diagnosis dan Pengobatan: Seperti DKA, diagnosis ketoasidosis non-diabetik melibatkan pengukuran kadar keton dan pH darah. Pengobatan tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan biasanya meliputi:
Rehidrasi dengan cairan IVPemberian glukosa jika penyebabnya adalah malnutrisi atau kelaparanPengelolaan kondisi medis yang mendasari, seperti infeksi atau gangguan makanPemberian thiamine untuk ketoasidosis alkoholikPerbandingan dan KontrasEtiologi: DKA disebabkan oleh defisiensi insulin yang signifikan, sedangkan ketoasidosis non-diabetik dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti konsumsi alkohol berlebihan, kelaparan, atau penyakit berat.
Gejala: Meskipun gejala keduanya dapat mirip, DKA cenderung berkembang lebih cepat dan sering disertai dengan kadar glukosa darah yang sangat tinggi. Pada ketoasidosis non-diabetik, kadar glukosa darah mungkin normal atau rendah.
Pengobatan: Pengobatan DKA berfokus pada pemberian insulin dan rehidrasi, sedangkan pengobatan ketoasidosis non-diabetik lebih bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasari.
Pencegahan: Untuk DKA, pencegahan melibatkan manajemen diabetes yang baik, termasuk pemantauan rutin kadar glukosa darah dan kepatuhan terhadap terapi insulin.
Pencegahan ketoasidosis non-diabetik memerlukan penanganan faktor risiko seperti konsumsi alkohol, nutrisi yang cukup, dan pengelolaan penyakit kronis.
Ketoasidosis, baik diabetik maupun non-diabetik, adalah kondisi medis serius yang memerlukan penanganan segera.
Meskipun mekanisme dasar keduanya melibatkan produksi keton yang berlebihan, penyebab, gejala, dan pengobatannya berbeda.
Penting untuk memahami perbedaan ini untuk diagnosis yang tepat dan manajemen yang efektif.
Pencegahan melalui pengelolaan faktor risiko juga sangat penting untuk mengurangi kejadian ketoasidosis.