Pasar Batik Trusmi yang pernah menjadi pusat penjualan batik di Cirebon kini semakin ditinggalkan oleh sebagian besar pedagangnya, yang kini dapat dihitung dengan jari. Sejak pandemi lalu, penurunan pengunjung sudah dirasakan oleh para pedagang, dan dampaknya masih terasa hingga Senin siang ini. Tidak berdiam diri, sebagian pedagang sudah merambah ke pasar daring untuk dapat mensirkulasikan barang dagangannya.
Sejak pandemi lalu, di mana berbagai kegiatan masyarakat dibatasi, terutama di Cirebon, menjadi titik awal kemunduran Pasar Batik Trusmi. Pedagang perlahan meninggalkan kiosnya karena makin berkurangnya pengunjung pasar. Dampak sepinya pengunjung juga masih dirasakan hingga Senin siang.
Sempat mendapat angin segar pada Lebaran lalu, pedagang masih merasakan peningkatan pengunjung, meski hanya bertahan hingga musim arus balik berakhir. Padahal, demi menjaring lebih banyak konsumen, pedagang Pasar Batik Trusmi tidak hanya mendapatkan barang langsung dari pengrajin lokal, mereka bahkan memesan barang dari luar kota seperti Solo dan Pekalongan untuk mendapatkan harga batik yang lebih kompetitif.
Baca Juga:PKS Nasdem Resmi Koalisi Jelang Pilkada 2024 Kab. Cirebon – VideoPKS Nasdem Sudah Kantongi 7 Nama Bakal Calon Bupati Dan Wakil Bupati – Video
Pedagang Pasar Batik Trusmi, Analisa, menyampaikan ia hanya bisa bertahan dan sabar untuk mempertahankan toko yang dibukanya sejak awal dibukanya pasar. Ia optimis pasar dapat kembali ramai seperti dulu. Beragam usaha tambahan sudah ia coba, seperti membuka toko daring yang kini dikelola oleh putranya. Usaha tersebut lumayan membantu sirkulasi barang di tokonya yang mulai redup sejak pandemi kemarin hingga kini masih dirasakannya.
Di tengah sepinya pengunjung dan makin ditinggalkannya kios oleh pedagang, mereka masih berharap adanya bantuan promosi dari pemerintah untuk dapat kembali menggerakkan ekonomi yang ada di Pasar Batik Trusmi, yang menjadi tempat mereka menggantungkan hidup.