Warga Menggantungkan Hidup Di Setu Patok – Video

Warga Menggantungkan Hidup Di Setu Patok
0 Komentar

Setu Patok yang menjadi jantung perekonomian sebagian warga, mulai dari penjaring ikan hingga pedagang makanan, kini menghadapi tantangan baru. Debit air yang kembali menyusut membuat hasil tangkapan ikan yang biasanya didapatkan warga juga mengalami penurunan yang dirasakan sejak dua bulan terakhir.

Volume air Setu Patok kembali menyusut setelah curah hujan di Cirebon yang mulai berkurang. Kini debit air hanya menyentuh kedalaman sekitar 26 meter, setelah di awal tahun kemarin sempat naik hingga dinding pembatas bendungan.

Bendungan yang oleh sebagian warga banyak bergantung dari ketersediaan air di dalamnya, seperti untuk menjaring ikan, menyediakan warung untuk pengunjung, juga dimanfaatkan untuk mengairi sawah yang tidak jauh dari setu.

Baca Juga:Sensasi Segar Manis Asam Pedas Rujak Tumbuk – VideoPeran Aktif Srikandi PLN UP3 Sumedang – Video

Selain warga sekitar yang bergantung hidup dari keberadaan setu, banyak warga dari dan luar Setu Patok yang memanfaatkan setu untuk berwisata ataupun sekadar memancing di tepian. Sementara warga asli banyak yang menjala ikan dengan beragam metode seperti menggunakan perahu ‘getek’, menggunakan ban bekas, hingga hanya menjala di tepian setu.

Hanya warga yang menggunakan “getek” dan ban bekas yang dapat menjangkau hingga tengah danau untuk menjaring lebih banyak ikan. Ikan yang sering didapatkan warga menggunakan jaring biasanya berjenis nila, gabus, dan mujair, yang biasa mereka jaring mulai dari pagi hari hingga pukul 3 sore.

Dengan volume air yang kembali menyusut, mulai mengakibatkan penurunan tangkapan mereka dalam sehari. Yang biasanya bisa mendapat hingga 5 kilogram lebih, sudah 2 bulan terakhir warga hanya mendapat kurang dari 3 kilogram saja.

Untuk warga yang menggunakan ban bekas ataupun menjaring ikan di tepi setu, biasanya tidak hanya mengandalkan hasil tangkapan ikan untuk dijual kembali. Karena hasil tangkapannya yang tidak sebanyak penangkap ikan yang menggunakan perahu, sebagian dari mereka memiliki profesi lain untuk menutupi kebutuhan hariannya seperti buruh bangunan hingga buruh pabrik sohun.

Penurunan volume air Setu Patok tidak hanya berdampak pada ekosistem danau, tetapi juga pada mata pencaharian masyarakat yang mengandalkannya.

Diikuti dengan bertambahnya tuntutan hidup di tengah harga kebutuhan pokok yang belum stabil, warga yang biasa menjaring ikan di Setu Patok tidak hanya dapat diandalkan sebagai penghasilan utama mereka, hingga perlu mencari penghasilan tambahan untuk menutupi kebutuhan yang makin mendesak. 

0 Komentar