Radar Cirebon.TV– Penyakit Kaheksia adalah sekelompok gejala yang di tandai dengan turunnya berat badan.
Karena berkurangnya massa otot rangka dan jaringan lemak, ketidakseimbangan dalam regulasi metabolik.
Dan kurangnya asupan makanan (Ni & Zhang, 2020). Kaheksia merupakan salah satu komplikasi pada kanker, namun juga di temui sebagai komplikasi dari penyakit kronis lainnya, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Baca Juga:Gejala Penyakit Celiac yang Menyarang Anak Anak dan Orang Dewasa.Hormon Gghrelin dalam Tubuh Sangat Mempengaruhi Nafsu Makan,Simak Fungsi Hormon Ini.
Infeksi human immunodeficiency virus (HIV), gagal jantung kronis, diabetes, gagal hati, artritis reumatoid, dan gagal ginjal kronis (Muscaritoli dkk., 2010).
Studi menunjukkan bahwa sekitar 50-80% pasien kanker mengidap kaheksia dan setidaknya 20-48% kematian terkait kanker per tahun di kaitkan secara langsung dengan sindrom ini karena timbulnya gangguan fungsional, kelelahan dan komplikasi terkait jantung dan pernapasan (Argiles dkk., 2014).
Ada juga studi terbaru menyatakan Studi-studi terbaru menunjukkan bahwa jalur-jalur biomolekuler berperan penting dalam terjadinya atrofi pada jaringan otot akibat kaheksia kanker.
Penelitian oleh Martinelli dkk. (2016) menemukan bahwa pada otot yang mengalami atrofi dari hewan coba tikus yang menderita kanker hati (hepatoma), jalur gen pengkode C-X-C motif chemokine receptor 4 (CXCR4) dan stromal cell-derived factor 1 (SDF1) mengalami penurunan regulasi.
Sementara itu, penelitian oleh Re Cecconi dkk. (2022) pada tikus yang di induksi kanker kolon, kanker paru, dan sarkoma menemukan peningkatan induksi MuRF1 sekitar 2 hingga 8 kali lipat.
Ekspresi apelin, suatu protein yang di sinyalir dapat meningkatkan sintesis protein di otot, merosot sebanyak 50% pada tikus yang membawa sel kanker kolon dan paru.
Serta menurun 30% pada tikus yang membawa sel sarkoma. Lebih lanjut, kedua tim peneliti tersebut mengkonfirmasi bahwa pada biopsi otot rectus abdominis (otot di bagian depan perut) pasien kanker.
Baca Juga:Gejala alzheimer dan Faktor Resiko Nya yang Wajib Kita Ketahui.Sering Dianggap Sepele Ternyata Buah Kersen Memiliki Kandungan Gizi Untuk Mencegah Flu.
Ekspresi SDF1 dan CXCR4 berbanding terbalik dengan dua ligase ubiquitin yang aktif dalam penurunan massa otot, yakni atrogin-1 dan MuRF1, dan ekspresi apelin juga berbanding terbalik dengan MuRF1.
Secara keseluruhan, temuan ini mendukung gagasan bahwa mengaktifkan jalur CXCR4 serta menginduksi jalur apelin pada otot berpotensi menekan kaheksia akibat kanker.
Sampai saat ini, pengobatan yang paling umum di gunakan untuk kaheksia kanker adalah pembedahan atau gabungan kemoterapi-radioterapi.
Akan tetapi, pengobatan ini bukan tanpa efek samping. Pasien yang mendapat pengobatan rutin akan mengalami dampak serius dari pengobatan anti-kanker yang mengarah pada perburukan status nutrisi dan fungsi, dan akhirnya berkembang menjadi kaheksia (Li dkk., 2021).
Beberapa mediator potensial dan jalur pensinyalan telah digunakan sebagai target terapeutik dalam studi preklinik.
Studi oleh Pretto et al. (2015) menunjukkan bahwa sunitinib, suatu penghambat reseptor tirosin kinase (TKI) yang terutama menargetkan reseptor vascular endothelial growth factor (VEGF) dan platelet-derived growth factor (PDGF).
Dapat mencegah penurunan berat badan dan pengecilan otot serta secara signifikan meningkatkan kelangsungan hidup tikus yang mengandung karsinoma sel ginjal (RXF393).
Penurunan berat badan juga di cegah pada tikus yang membawa karsinoma kolon (usus besar).
Sunitinib di anggap mampu menahan overaktivasi jalur STAT3 dan MuRF-1, yang terlibat dalam peningkatan katabolisme protein otot selama kaheksia kanker.