Dampak dari panen raya yang melimpah di beberapa daerah di Pulau Jawa sudah dirasakan oleh para petani di Kota Cirebon, terutama di lahan pertanian di sekitar Pegambiran. Harga gabah basah yang biasa mereka jual sempat ditawar oleh seorang tengkulak dengan harga beli hingga Rp 5.250 per kilogramnya. Harga tersebut tentu belum sepenuhnya dapat menutupi biaya pemeliharaan yang sudah mereka keluarkan.
Dari satu hektar sawah di Pegambiran yang biasanya dapat menghasilkan hingga 9 ton gabah basah, untuk musim panen pertama di tahun 2024, salah satunya hanya dapat menghasilkan lebih kurang 6,7 ton, meski dengan perlakuan yang serupa dengan panen sebelumnya. Cuaca yang masih mendukung, serta menurunnya frekuensi serangan hama padi dari musim tanam sebelumnya, tidak menjadi jaminan petani mendapatkan hasil panen yang diharapkan.
Buruh tani, Sa’ad, mengungkapkan bahwa pada musim tanam pertama petani mendapatkan jatah pupuk sebanyak 4,5 kwintal yang diperuntukkan untuk 1 hektare sawah, yang hanya cukup digunakan untuk sekali masa tanam. Petani kini sedang kerepotan untuk mencari tambahan pupuk yang dibutuhkan untuk masa tanam selanjutnya yang tidak lama akan segera berlanjut.
Baca Juga:Khitanan Massal Di Desa Kedungdawa – VideoBantah Penerbitan SK Masa Jabatan Kuwu Terkait Politik – Video
Para buruh tani dan pemilik sawah di Kota Cirebon yang masih bergantung pada hasil panen padi, tetap berusaha bertahan meski dengan ketersediaan areal persawahan yang semakin terhimpit oleh pemukiman penduduk hingga pabrik, untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga mereka. Petani berharap adanya kehadiran pemerintah untuk dapat menjamin ketersediaan pupuk bersubsidi, hingga mengatur harga pasar agar mencapai kesepakatan harga yang tidak merugikan pihak-pihak yang bergantung di dalamnya.