RadarCirebon.Tv–Penerbangan udara menjadi pilihan yang semakin banyak di pilih oleh pasien dengan penyakit jantung karena nyaman, cepat, dan aman.
Namun, masih sedikit informasi mengenai masalah yang mungkin di alami oleh pasien dengan aritmia selama penerbangan udara.
Selain itu, tindakan pencegahan yang harus diambil dengan pasien-pasien ini juga masih belum pasti.
Baca Juga:Tips dan Trik menjaga Kesehatan Mata Bagi Aktivitas Yang Banyak di Depan Komputer.Penyakit Yang Sering Terjadi Sesudah Lebaran Baik Untuk Orang Dewasa Sampai Orang Tua.
Dalam ulasan ini, kami akan mengkaji secara detail pengelolaan pasien dengan masalah konduksi jantung selama penerbangan udara.
Saat ini, penerbangan udara menjadi pilihan yang aman, cepat, dan nyaman bagi banyak orang.
Namun, lingkungan ini dapat menimbulkan stres bagi tubuh manusia. Menurut aturan Federal Aviation Administration, tekanan kabin pesawat komersial harus di jaga di bawah 8.000 kaki, yang setara dengan ketinggian 2.438 meter dan di anggap sebagai batas atas.
Tekanan pada ketinggian 6.000-8.000 kaki setara dengan sekitar 0,16 dari fraksi oksigen (FiO2) yang di hirup pada permukaan laut.
Selain itu, udara pada tekanan yang lebih tinggi memiliki kelembaban yang lebih rendah.
Faktor-faktor ini dapat memperburuk kondisi pasien dengan aritmia.
Tingkat Kecemasan pada Penerbangan
Tingkat hormon adrenalin dapat meningkat akibat stres penerbangan. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat hormon adrenalin meningkat selama penerbangan karena hipoksia akut.
Aktivasi simpatis yang meningkat akibat hipoksia akut dan peningkatan tingkat hormon adrenalin dapat meningkatkan risiko terjadinya aritmia jantung.
Namun, kejadian aritmia yang signifikan selama penerbangan udara sangat jarang.
Baca Juga:Ini Dia Bebrapa Produsen Kendaraan listrik Yang Ada di Indonesia.Menjadi Kebanggan Wisudawan dari Fakultas (FMIPA) lulus dengan IPK Sempurna.
Dalam sebuah studi pada sukarelawan pria sehat berusia antara 50 dan 64 tahun, peningkatan detak jantung dan ventrikel yang tidak normal dilaporkan terjadi pada ketinggian hingga 2.632 meter di atas permukaan laut.
Selain itu, frekuensi ektopik juga di ketahui berhubungan dengan ketinggian. Namun, temuan ini tidak di kaitkan dengan peningkatan aritmia ventrikel yang berkelanjutan.
Dalam studi lain dengan sukarelawan sehat di ruangan yang mensimulasikan ketinggian Gunung Everest.
Para peneliti menemukan bahwa detak jantung meningkat dan terjadi perubahan temporal pada sumbu QRS rata-rata dan voltase seiring dengan tingkat hipoksia.
Namun, tidak ada perubahan aritmia yang terlihat dalam elektrokardiografi, meskipun tingkat oksigen dalam darah adalah 49%.
Demikian Sedikit informasi Mengenai Tingkat Kecemasan pada Penerbangan apalgi bagi pemula atau orang tua.