RADARCIREBON.TV– Vaksin Astrazeneca kembali ke permukaan dengan membawa kabar tidak mengenakan yang membuat heboh jagat maya.
Setelah menghilang selama hampir 4 tahun, Astrazeneca kembali diperbincangkan dengan hadirnya efek samping pemakaian jangka panjang.
Vaksin Astrazeneca adalah salah satu pagar terkuat untuk melawan virus COVID-19 kala itu dan menyelamatkan sebagian populasi manusia.
Baca Juga:Eksistensi Pemain Naturalisasi dalam Geliat Olahraga di IndonesiaResmi Dipeluk Timnas, Segini Harga Pasar Maarten Paes by Transfermarkt
Namun efek samping dari vaksin tersebut ternyata baru terungkap 2024 ini.
Sejumlah media Indonesia ramai menulis tentang kemunculan efek samping vaksin asal Inggris tersebut.
Sebagaimana dilansir CNBC Indonesia yang dikutip Radar Cirebon TV, vaksin astrazeneca efek sampingnya adalah kemunculan sindrom TTS (Thrombosis Thrombocytopenia Syndrome).
Sindrom trombositopenia trombotik (TTS) adalah kondisi langka yang terjadi sebagai respons terhadap vaksin COVID-19 tertentu,
khususnya vaksin vektor adenovirus, seperti vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson.
Kondisi ini juga dikenal dengan istilah trombosis trombositopenia syndrome (TTS) atau vaksin-induced immune thrombotic thrombocytopenia (VITT).
Meskipun jarang terjadi, TTS dapat menyebabkan komplikasi serius dan bahkan kematian pada beberapa kasus.
Baca Juga:Tanpa Struick, Berikut Nama-Nama Pemain Racikan STY di Semi Final Piala Asia U23 2024 Indonesia vs UzbekistanTari Rangkuk Alu Hiasi Wajah Google Doodle Hari Ini, Ternyata Peringati Ini Juga Loh…
Pada dasarnya, TTS merupakan sebuah reaksi autoimun langka di mana tubuh mulai menghasilkan antibodi yang menyerang trombosit, yaitu sel darah yang berperan dalam pembekuan darah.
Akibatnya, terjadi penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia) yang dapat menyebabkan masalah pembekuan darah abnormal.
Sindrom Trombosis Trombositopenia (TTS) adalah kondisi medis yang jarang terjadi
di mana seseorang mengalami pembekuan darah (trombosis) dan jumlah trombosit (keping darah) yang rendah (trombositopenia) pada saat yang bersamaan.
Trombosit penting untuk membantu pembekuan darah dan menghentikan pendarahan.
Gejala yang umum terkait dengan TTS adalah pembekuan darah yang tidak normal, seperti trombosis vena dalam atau arteri, terutama di area seperti pembuluh darah otak atau abdomen.
Pembekuan abnormal ini dapat menyebabkan gejala seperti nyeri di kaki, bengkak, nyeri dada, sesak napas, atau gejala stroke seperti kesulitan berbicara atau bergerak.
Diagnosis TTS seringkali memerlukan pemeriksaan darah dan pencitraan medis seperti ultrasonografi atau CT scan untuk mendeteksi pembekuan darah.
Pada kasus TTS, pemeriksaan darah mungkin akan menunjukkan jumlah trombosit yang rendah bersamaan dengan tanda-tanda aktivasi trombosit.
Diagnosis TTS seringkali memerlukan pemeriksaan darah dan pencitraan medis seperti ultrasonografi atau CT scan untuk mendeteksi pembekuan darah.
Pada kasus TTS, pemeriksaan darah mungkin akan menunjukkan jumlah trombosit yang rendah bersamaan dengan tanda-tanda aktivasi trombosit.
Diagnosis TTS dilakukan dengan tes darah untuk mengukur jumlah trombosit dan mencari tanda-tanda pembekuan darah.
Tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI, juga dapat digunakan untuk mendeteksi pembekuan darah.