Harga gula pasir di Kota Cirebon setelah Lebaran terus merangkak naik dan kini stagnan bertahan di angka 18 ribu per kilo. Hal ini mulai berdampak pada pelaku usaha yang dagangannya bergantung pada gula pasir sebagai bahan utama maupun tambahan, seperti penjual es buah dan bakso di sekitar Jalan Dr. Sutomo Kota Cirebon. Banyak di antara mereka yang merasa putus asa karena omzet penjualan harian mereka lebih banyak dialokasikan ke modal yang harus dikeluarkan.
Para pedagang kaki lima, terutama yang menggunakan gula pasir sebagai bahan utama atau tambahan dalam dagangannya, mulai merasakan dampak dari kenaikan harga gula. Mereka menghadapi dilema ketika harus mengurangi takaran gula dalam es buah atau es kelapa karena biasanya mendapat protes dari pembeli akibat perubahan rasa.
Meskipun penghasilan pedagang sempat meningkat setelah Lebaran, hanya bertahan selama 3 hari setelah Idul Fitri, dan sekarang sudah kembali seperti biasanya. Mereka merasa pasrah karena omzet mereka berkurang akibat pengeluaran modal yang lebih besar dari biasanya, terutama karena masih ada beberapa pedagang yang mendapatkan bahan dagangannya dari pasar-pasar di dalam Kota Cirebon seperti Jagasatru dan Kanoman.
Baca Juga:KPID Jabar: Publik Tetap Boleh Gelar Nobar, Asal Tidak DikomersilkanPolisi Bantu Berikan Makanan Tambahan – Video
Salah seorang pedagang mengakui bahwa ia merasakan kenaikan harga gula pasir yang cukup tinggi untuk bahan tambahan es buah dan es kelapanya. Dia merasa tidak bisa banyak berbuat dan hanya bisa bertahan dari situasi tersebut agar tetap dapat menggaji karyawan dan mencukupi kebutuhan sehari-harinya. Selain kenaikan harga gula, pedagang juga masih dibebani dengan tingginya harga bumbu dapur dan bahan pembuatan es dan bakso yang biasanya mereka jual seperti buah-buahan dan daging yang juga merangkak naik setelah Lebaran.