RADARCIREBON.TV – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, telah mengeluarkan aturan baru yang mewajibkan mata pelajaran Bahasa Inggris untuk siswa Sekolah Dasar (SD) dan sederajat. Mulai tahun ajaran 2027/2028, mata pelajaran Bahasa Inggris akan menjadi wajib bagi siswa SD, MI, dan yang setara.
Sebelumnya, Bahasa Inggris hanya diajarkan sebagai muatan lokal di beberapa sekolah dasar. Namun, aturan yang tertuang dalam Permendikbud Nomor 12 Tahun 2024 menjadikan Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran wajib. Keputusan ini didasarkan pada pemahaman bahwa Bahasa Inggris adalah bahasa universal yang harus dikuasai oleh setiap warga negara.
Dalam Kurikulum Merdeka atau Nasional, siswa SD akan mempelajari Bahasa Inggris sebagai bahasa asing. Pasal 33 huruf a dalam aturan Permendikbud Nomor 12 Tahun 2024 menyatakan:
Baca Juga:Cirebon Raya: Kesepakatan Antara Tokoh Senior dan Muda, Didukung oleh Balon Wali Kota SuhendrikSuhendrik Dikenalkan oleh Prof Rokhmin Dahuri dan Dave Laksono dalam Acara Halalbihalal Sedulur Cirebon
“Mata pelajaran Bahasa Inggris pada sekolah dasar, madrasah ibtidaiyah, atau bentuk lain yang sederajat menjadi mata pelajaran pilihan yang dapat diselenggarakan berdasarkan kesiapan Satuan Pendidikan sampai dengan tahun ajaran 2026/2027 dan beralih menjadi mata pelajaran wajib pada tahun ajaran 2027/2028.”
Tentu, perubahan kebijakan ini pasti menimbulkan beragam reaksi dari orang tua dan guru. Berikut beberapa kemungkinan reaksi yang mungkin terjadi:
1. Orang Tua yang Mendukung:
– Beberapa orang tua mungkin menyambut baik kebijakan ini. Mereka melihatnya sebagai kesempatan bagi anak-anak mereka untuk memperoleh keterampilan Bahasa Inggris yang lebih baik sejak dini. Menguasai Bahasa Inggris di era globalisasi ini dianggap sebagai keuntungan. – Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi atau yang telah bekerja di lingkungan internasional mungkin lebih mendukung kebijakan ini.
2. Orang Tua yang Khawatir:
– Ada juga orang tua yang mungkin khawatir tentang beban tambahan bagi anak-anak mereka. Mereka mungkin bertanya-tanya apakah anak-anak mereka akan mampu mengatasi materi Bahasa Inggris yang lebih kompleks. – Beberapa orang tua mungkin merasa perlu menyediakan dukungan tambahan di rumah untuk membantu anak-anak belajar Bahasa Inggris.
3. Guru yang Optimis:
– Guru-guru yang bersemangat tentang pengajaran Bahasa Inggris mungkin melihat ini sebagai kesempatan untuk menginspirasi siswa dan memperkenalkan mereka pada budaya dan literatur berbahasa Inggris. – Mereka mungkin merasa senang dapat berkontribusi pada perkembangan bahasa siswa.
4. Guru yang Khawatir:
– Beberapa guru mungkin khawatir tentang peningkatan beban kerja. Mengajar mata pelajaran tambahan memerlukan persiapan dan penyesuaian kurikulum. – Mereka mungkin juga khawatir tentang bagaimana mengatasi siswa yang memiliki tingkat pemahaman yang berbeda-beda terhadap Bahasa Inggris.
Penting untuk melibatkan semua pihak terkait dalam diskusi dan memastikan bahwa implementasi kebijakan ini berjalan dengan baik.
Baca Juga:Ayah Tiri Dugaan Kasus Kekerasan Seksual terhadap Anak jadi DPOÂ Tersambar Petir saat Hujan Deras, Rumah Warga Sukabumi Ludes Terbakar
Dengan kebijakan ini, diharapkan siswa SD dapat memperoleh dasar pengetahuan Bahasa Inggris yang memadai untuk menghadapi tantangan global di masa depan. Semoga informasi ini bermanfaat!