Ditengah fluktuatifnya harga bumbu dapur setelah Lebaran kemarin, sebagian warga memilih beralih ke bumbu giling untuk menggantikan bumbu masakan sehari-harinya. Akibatnya, pedagang yang seharusnya merasakan keuntungan dari naiknya harga bumbu dapur turut merasakan imbasnya dengan perlu merogoh kocek lebih dalam untuk modal membeli bumbu dapur yang kian tak terjangkau.
Masih fluktuatifnya harga bumbu dapur sejak sebelum Lebaran hingga Kamis siang sudah berdampak pada berkurangnya keuntungan dari para penjual bumbu giling di sekitar Pasar Kanoman Kota Cirebon. Banyak penjualnya yang menaikkan harga jual bumbu giling mulai dari 1000 rupiah tiap onsnya, serta mereka harus merogoh kocek lebih dalam, hingga 3 kali lipat untuk modal di hari berikutnya.
Bumbu giling menjadi salah satu alternatif warga untuk menyiasati kenaikan harga bumbu dapur yang belakangan merangkak naik sejak Lebaran hingga sekarang. Namun pada akhirnya, penjual bumbu giling turut merasakan dampak dari kenaikan harga tersebut, dimulai dari keuntungan mereka yang mengalami penurunan. Hal ini tentu saja membuat mereka resah dan khawatir pada kelanjutan usahanya.
Baca Juga:Gebyar, Disdikbud Kuningan Persiapkan Hardiknas 2024 – VideoMencicipi Pempek Bang Andi – Video
Penjual bumbu giling, Yayan, menuturkan bahwa ia selalu berkomunikasi dengan pembeli sebelum menaikkan harga bumbu yang ia jual. Sebagian pembelinya memaklumi sebab kenaikan harga, namun tidak jarang juga ada yang masih mengeluhkan keputusannya tersebut. Untuk menyiasatinya, beberapa pelanggan memilih beralih ke bumbu instan untuk menggantikan bumbu gilingnya.
Dengan masih belum stabilnya harga bumbu dapur, membuat beberapa pedagang bumbu giling memutar otak untuk dapat meningkatkan penghasilan harian mereka. Diantaranya ada yang kemudian berjualan nasi campur sebagai pemasukan sampingannya. Mereka berharap adanya jalan keluar yang saling menguntungkan antara pedagang dan pembeli dari dampak kenaikan harga tersebut.