Ketegangan menjadi warna dominan dalam aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh ratusan emak-emak yang menuntut mundur Kuwu Surakarta pada Jumat siang. Emak-emak yang kecewa dengan kepemimpinan Kuwu tersebut bahkan berulang kali mencoba merangsek masuk balai desa yang dijaga ketat oleh aparat TNI-Polri. Dalam aksinya, massa meminta kepala desa untuk turun karena dianggap tidak berpihak kepada masyarakat.
Aksi ini menghebohkan di depan Balai Desa Surakarta, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon pada Jumat siang. Ratusan emak-emak yang ingin menemui kepala desa berusaha menerobos barikade penjagaan yang ditempatkan oleh petugas TNI-Polri.
Dalam aksi kedua ini, massa mendesak Kuwu Surakarta untuk segera turun dari jabatannya. Mereka menganggap bahwa banyak pelanggaran yang dilakukan Kuwu, mulai dari penyalahgunaan aset, tanda tangan berbayar, hingga nepotisme di lingkungan balai desa. Massa juga telah melaporkan sejumlah pelanggaran tersebut kepada pihak kepolisian dan Pemkab Cirebon.
Baca Juga:Pedestrian Jalan Fatahillah Weru Dikuasai Pedagang Kaki LimaPetani Bergejolak Akibat Kuota Pupuk Bersubsidi Dibatasi
Kuwu Surakarta, Kuryati, membantah pernyataan masyarakat terkait dirinya yang disampaikan oleh para pendemo, mengklaim bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan yang dialaminya di lapangan. Kuryati merespons adanya pendemo yang menuangkan aspirasinya, mengakui bahwa dia telah menerima aspirasi masyarakat. Namun, jika masyarakat menginginkan Kuwu untuk mundur dari jabatannya, harus melalui prosedur yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Aksi yang berlangsung selama satu setengah jam itu kemudian ditutup dengan penandatanganan petisi penurunan kepala desa. Massa berjanji akan menggelar aksi serupa dengan jumlah massa yang lebih besar jika Kuwu tidak sadar diri dan turun dari jabatannya.