Kenaikan harga bahan pangan, seperti sayur-mayur dan bumbu dapur, mengalami kenaikan di beberapa pasar tradisional di Kota Cirebon. Dampaknya, beberapa pedagang merasakan penurunan omzet akibat menurunnya daya beli masyarakat. Tidak hanya itu, para pelaku warung makan pun harus pandai memutar otak untuk dapat bertahan di tengah meroketnya beragam bahan pangan.
Kenaikan beragam bahan pangan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat hingga penurunan omzet dagang. Dampak ini tidak hanya dirasakan pedagang pasar tradisional tetapi juga pengusaha warung makanan sederhana di pinggiran kota.
Mereka perlu merogoh kocek lebih dalam untuk memodali usaha yang setiap harinya memerlukan bahan pangan segar dari pasar-pasar terdekat untuk diolah menjadi masakan. Para pedagang warung makanan sederhana berusaha menyiasati kenaikan harga bahan pangan dengan berbagai macam cara, seperti mengurangi porsi makanan atau menaikkan harga untuk dapat menyesuaikan dengan kenaikan modal yang mereka keluarkan setiap harinya.
Baca Juga:Pengajuan ASN P3K Di 2024 Masih Dalam PembahasanRumah Makan Dapur Raos Sajikan Menu Masakan Khas Sunda
Sebagai contoh, salah satu warung makan yang berada di Kelurahan Kalijaga Kota Cirebon, yang dikelola oleh Yanti, memutuskan untuk mengurangi takaran porsi untuk beberapa lauk yang dijual karena belum berani menaikkan harga, takut mengakibatkan turunnya daya beli konsumen.
Kenaikan beragam bahan pangan sejak awal tahun mendorong masyarakat untuk memutar otak lebih keras agar dapat bertahan dalam menghadapi situasi ini. Solusi jangka panjang yang berkelanjutan serta kolaboratif perlu diambil pemerintah, produsen bahan pangan, serta pelaku usaha untuk dapat menjaga stabilitas ekonomi masyarakat ke depannya.