Sebanyak 500 relawan mengikuti reboisasi sumber mata air yang digelar DPD Gema Jabar Hejo Kabupaten Kuningan. Acara yang dihadiri Sekda Dian Rachmat Yanuar ini, menargetkan penghijauan di sekitar mata air cigumawang, sumber air bagi warga Desa Cimulya Kecamatan Cimahi.
Dijelaskan Sekda, penanaman 500 pohon tegakan dalam rangka reboisasi, merupakan agenda penting, menanamkan kesadaran kolektif pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan.
Menurut Sekda, menanam pohon ibarat menanam doa, harapan, dan investasi, untuk keberlangsungan generasi masyarakat dimasa mendatang.
Baca Juga:Jalan Ciremai Raya Menuju Perumnas RusakPolsek Seltim Lakukan Patroli KRYD
Ketua DPD Gema Jabar Hejo Daeng Ali menuturkan, 500 relawan yang terlibat dalam reboisasi bertema ruang riung reang, jangan sampai untuk bernafas pun kita beli, mewakili berbagai unsur di masyarakat, mulai dari pecinta alam, siswa siswi sekolah, organisasi keagamaan, organisasi budaya, dan dukungan dari unsur pemerintah. Hadir diantaranya beberapa SKPD, TNI-Polri, Pemerintah Desa Cimulya, Pemerintah Kecamatan Cimahi.
Penanaman kali ini menargetkan reboisasi di lahan seluas 1,2 hektar di puncai manik. Area ini sempat terdampak kebakaran hutan pada musim kemarau lalu, sehingga upaya penghijauan dengan pohon tegakan yang mampu menyimpan air, perlu di galakan.
Selain kegiatan reboisasi, DPD Gema Jabar Hejo juga aktif dalam melakukan sosialisasi dan edukasi di sekolah sekolah, untuk mengajak generasi muda menjaga kelestarian alam dan lingkungan.
Kegiatan ini mendapat respon positif dari Pemerintah Desa Cimulya.
Kepala Desa Gilar Gantina menuturkan,puncak manik, memiliki hutan lindung, terdapat 2 mata air, yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan bagi warganya di dua dusun.
Masyarakat setempat diharapkan dapat menjaga kelestarian alam di puncak manik, karena lokasi ini terdapat situs bersejarah, yaitu makam Buyut Jaksa, makam Buyut Parandita, makam Buyut Kodog, kemudian situs petilasan Mbah Kuwu Sangkan Cirebon Girang, dan terdapat pancuran mas, sebuah pancuran air yang dipercaya masyarakat sebagai petilasan dua putri, yaitu Nyimas Mayang Arum, Nyi Dewi Kentring Manik