Docang salah satu makanan khas Cirebon yang biasa disantap sebagai sarapan. Berisikan lontong, rebusan daun singkong, tauge, parutan kelapa, dengan kuah dage yang khas, membuatnya berbeda dari lontong sayur. Meski dalam sejarahnya berasal dari sisa makanan yang diolah kembali untuk dapat dikonsumsi, namun kini docang menjadi bagian yang tak terpisahkan dari warisan kuliner Cirebon
Jika anda sedang mengunjungi Pasar Kanoman, tak ada salahnya untuk menikmati menu sarapan khas Cirebon docang.
Docang berasal dari kata bodo yang artinya dage, dan kacang yang merujuk pada tauge. Docang terdiri dari campuran potongan lontong, parutan kelapa, daun singkong rebus, tauge, yang disiram dengan kuah dage merah, dan tidak ketinggalan kerupuk putih sebegai pelengkapnya.
Baca Juga:Kunjungan Kerja Ketua Persit KCK PD III/SiliwangiMakan Seafood Dapat Hadiah Motor 250cc
Jika diperhatikan, docang sekilas dapat menyerupai lontong sayur, namun kuah untuk docang tidak mengandung santan, melainkan berasal dari rebusan dage merah dan bahan rempah-rempah lainnya.
Dage merah yang digunakan merupakan makanan serupa tempe, yang berasal dari fermentasi bungkil kacang tanah, inilah yang membuat kuah docang memiliki rasa asam segar yang khas.
Dalam sejarahnya, docang diperkenalkan sudah sejak jaman para wali yang menyebarkan agama islam di Cirebon.
Makanan ini berasal dari campuran sisa makanan syukuran yang disajikan untuk wali, namun tidak disangka olahan tersebut menjadi sangat digemari, dan hingga kini menjadi makanan tradisional dari Cirebon.
Anda dapat menjumpai pedagang docang berjualan di beberapa penjuru kota, seperti salah satunya, Docang Putra Tunggal yang berada di sekitar Pasar Kanoman ini.
Dengan harga 15 ribu rupiah per porsi, anda dapat menikmati menu sarapan docang yang berjualan di Pasar Kanoman. Buka sejak pukul 8 pagi, hingga tutup pada pukul 3 sore, docang dapat menjadi alternatif menu sarapan anda di akhir pekan ini