RADARCIREBON.TV- Debat Calon Wakil Presiden yang berlangsung kurang lebih dua jam di JCC, Minggu (21/01) begitu meriah, aman, damai, dan terkondisikan.
Pada debat tersebut tema yang di angkat mengenai masalah Lingkungan, SDA, SDM, kesejahteraan desa, agraria, serta masyarakat adat.
Pembicaraan mengenai gagasan para paslon berjalan apik dan tertib dan banyak ilmu yang dapat penonton ambil terutama mengenai isu lingkungan.
Baca Juga:Debat Cawapres Angkat Tema Lingkungan, Paslon 3 Ganjar-Mahfud Kenakan Pakaian Berbahan Dasar Kapas Asal TubanPegagan: Tanaman Liar dan Punya Segudang Khasiat Menggelegar, Bisa Obati Gangguan Saraf
Di dalam gelaran debat tersebut ada satu pertanyaan yang sukses membuat semua kebingugan.
pada kesempatan bertanya, cawapres nomor urut 2, Bapak Gibran Rakabuming Raka menanyakan masalah ‘Greenflation‘ kepada cawapres nomor urut 3, Bapak Mahfud MD.
Tak hanya Pak Mahfud yang di buat bingung, tapi juga ini menjadi istilah baru yang menarik untuk di ulik.
Lantas, apa maksud dari Greenflation tersebut?
Greenflation adalah istilah yang di gunakan untuk menyebut peningkatan harga atau biaya yang terkait dengan produk atau layanan yang di anggap ramah lingkungan atau berkelanjutan.
Dalam konteks ini, “green” merujuk pada praktik yang mendukung keseimbangan ekologis dan penggunaan sumber daya yang bertanggung jawab.
Greenflation mencerminkan tren di mana produk dan layanan yang memiliki dampak positif terhadap lingkungan
sering kali memiliki harga yang lebih tinggi di bandingkan dengan alternatif yang kurang berkelanjutan.
Dampak greenflation pada lingkungan dapat bervariasi, dan pemahaman akan implikasinya sangat penting untuk membentuk kebijakan yang lebih berkelanjutan.
Baca Juga:Bikin Glowing tanpa Perawatan, Ini Jenis Superfood yang Tokcer untuk Kecantikan dan Kesehatan KulitTren Superfood Naik Daun! Info Penting Superfood, Manfaat, dan Jenis-jenis Bahan Pangan yang Di Maksud Superfood
Salah satu dampak utama adalah terkait dengan aksesibilitas dan adopsi praktik ramah lingkungan oleh masyarakat luas.
Jika harga produk hijau terlalu tinggi, masyarakat yang memiliki keterbatasan finansial mungkin kesulitan untuk beralih ke pilihan yang lebih berkelanjutan.
Ini dapat menciptakan kesenjangan antara kelompok yang mampu memilih produk hijau dan mereka yang tidak mampu,
menghambat transformasi menuju masyarakat yang lebih berkelanjutan secara keseluruhan.
Selain itu, greenflation dapat mempengaruhi industri dan perusahaan yang berusaha
untuk mengadopsi praktik berkelanjutan. Jika biaya produksi untuk produk atau layanan ramah lingkungan meningkat,
perusahaan mungkin terbebani dengan beban finansial tambahan.
Hal ini dapat menjadi kendala bagi perusahaan yang ingin beralih ke model bisnis
yang lebih berkelanjutan, dan pada gilirannya, memperlambat transisi menuju ekonomi yang lebih hijau.
Namun, dampak greenflation juga dapat bersifat positif jika di kelola dengan bijak.
Kenaikan harga produk hijau dapat memberikan insentif bagi inovasi dan pengembangan teknologi yang lebih berkelanjutan.
Perusahaan mungkin mulai mencari cara untuk mengurangi biaya produksi melalui penemuan teknologi baru atau proses yang lebih efisien,
menciptakan siklus inovasi yang dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi lingkungan.
Selain itu, greenflation dapat menjadi katalisator untuk perubahan perilaku konsumen.
Jika harga produk yang tidak ramah lingkungan lebih tinggi, konsumen mungkin lebih cenderung beralih
ke pilihan yang lebih berkelanjutan untuk mengurangi biaya pengeluaran mereka.
Hal ini dapat mendorong permintaan untuk produk dan layanan berkelanjutan,
menciptakan pasar yang lebih besar dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.